
Kampung kota adalah tempat bermukim bagi mayoritas penduduk di masa mendatang. Menurut prediksi statistik 68% penduduk Indonesia pada tahun 2025 akan tinggal di perkampungan kota. Namun, kepadatan penduduk yang diikuti dengan kepadatan bangunan di kampung kota menyebabkan berbagai dampak bagi penduduknya baik fisik maupun non fisik terutama bagi anak sehinga diperlukan ruang sosial bagi anak. Anak adalah bagian dari kelompok penduduk kota yang perlu mendapatkan perhatian khususnya terklait dengan proses interaksi dengan teman sebayanya karena kemampuan anak untuk berososialisasi akan menentukan kesuksesan masa depannya. Hal itu dikemukan oleh Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sativa, dalam alam ujian terbuka program doktor Ilmu Arsitektur Fakultas Teknik UGM, Selasa (30/1), di ruang sidang KPTU Fakultas Teknik UGM.
Sativa secara khusus melakukan riset mengenai ruang sosial anak dengan meneliti keberadaan ruang sosial anak di kampung Ngampilan, Kota Yogyakarta. Riset dilakukan dengan pendekatan rasionalistik dan penggalian data menggunakan metode Environmental Behavioral Studies, yakni observasi lapangan, place centres map, physical traces dan wawancara.
Hasil penelitian Sativa menunjukkan bahwa wujud ruang sosial anak di kampung Ngampilan merupakan ruang fisik di dalam area kampung yang biasanya digunakan untuk saling berinteraksi anak-anak yang terbentuk secara organik. Wujud tersebut dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan bangunan yang tinggi, batas kampung yang tegas serta lokasi kampung yang berada di bantaran sungai. “Secara fisik ruang tersebut memiliki variasi yang dapat dikategortikan berdasarkan derajat keterbukaan ruang, derajat kenaturalan ruang, dan derajat fiksasi elemen ruang,” katanya.
Namun begitu, kata Sativa, perilaku anak dalam pemanfaatan ruang sosial anak sangat bervariasi tergantung jenis aktivitas dan pola pergerakannya yang dipengaruhi oleh aspek fisik dan non fisik. Hasil interaksi antara anak dan orang tua serta komunitas kampung dapat terwujud dengan adanya atribut ruang soial anak yang sesuai dengan kebutuhan anak, yakni sosialitas, aksesibilitas, teritorialitas, adaptabilitas, oportunitas, kenyamanan termal, tantangan, kenyamanan visual, keselamatan dan privasi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)