
Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, M.Sc., menyebutkan pentingnya sinergi dan kolaborasi dalam pengelolaan kawasan konservasi untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
“Perlu usaha bersama dan sinergi antara pemerintah, masyarakat, peneliti, lembaga riset, dan private sector untuk menyelamatkan habitat segala jenis satwa dan tanaman liar Indonesia,” tegasnya, Kamis (1/2) kepada wartawan di Fakultas Biologi UGM usai memberikan sambutan dalam 2nd Joint Seminar on Biodiversity and Conservation di Fakultas Biologi UGM.
Wiratno menyampaikan saat ini pihaknya juga telah membangun call center yang memberikan akses ke seluruh masyarakat untuk turut serta terlibat dalam upaya konservasi. Melalui layanan tersebut masyarakat dapat memberikan informasi terkait segala hal terkait permasalahan konservasi.
Lebih lanjaut Wiratno menyampaikan bahwa Ditjen KSDAE mendapatkan mandat untuk mengelola kawasan konservasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, Indonesia memiliki kawasan konservasi seluas 27,2 juta hektar atau sekitar 30 persen dari luas kawasan hutan di Indonesia.
“Pengelolaan kawasan konservasi sangat penting untk kepentingan generasi saat ini dan generasi mendatang,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) Fakultas Biologi UGM, Prof Suratman, mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara dengan biodiversitas terbesar di dunia. Oleh sebab itu, menjadi kepentingan bersama untuk terus menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati yang ada.
Dia menyebutkan KLMB bersama Kementrian LHK terus berupaya mendorong pelestarian kenekaragaman hayati dengan membangun integrasi jaringan dalam pengembangan sistem manajemen biodiversitas nasional.
“UGM dan Kemntrian LHK membangun percepatan kebijakan untuk mewujudkan Indonesia Biodiversity Center yaitu sebuah pusat unggulan yang mengkaji biodiversitas nasional,” jelasnya.
Pusat unggulan tersebut rencananya akan segera diluncurkan pada bulan April 2018 mendatang berlokasi di Fakultas Biologi UGM. Peresmian akan dilakukan secara langsung oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya.
“Nantinya pusat unggulan ini akan didukung oleh pusat-pusat unggulan lain di Indonesia,”ujarnya.
Sebelumnya, Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi S. Daryono, menyampaikan pendekatan terintegrasi diperlukan dalam pencapaian pembangunan lingkungan berkelanjutan pada biodiversitas tropis. Melalui langkah tersebut diharapkan tidak hanya mewujudkan pembangunan berkelanjutan saja, tetapi juga kehidupan manusia yang lebih baik di masa mendatang.
Oleh karena itu, penting membangun jejaring dan berbagi ide, gagasan, serta hasil-hasil riset terkini, salah satunya seperti dengan pelaksanaan joint seminar kali ini. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama Fakultas Biologi UGM, KLMB Fakultas Geografi, Faculty of Applied Science and Technology University Tun Hussein Onn (UHTM) Malaysia, serta Kementrian Lingkungan Hidup.
“Melalui seminar ini diharapkan bisa menjadi platform untuk berbagi progress hasil penelitian terkait biodiversitas dan konservasi serta dalam membangun jejaring global,” katanya.
Seminar menghadirkan sejumlah pembicara, yaitu Pakar Biologi Lingkungan UGM, Prof. Endang Sutarningsih S, Peneliti Bioteknologi dan pemuliaan Tanaman Hutan Kementrian LHK, ILG. Nurtjahjaningsih, Ph.D., Peneliti dari UHTM, Prof. Maryati Binti Mohammed, dan Head of Sustainability Policy and Compliance PT SMART Tbk, Dr. Haskarlianus Pasang. (Humas UGM/Ika)