Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan vaksin rotavirus jenis baru RV3-BB yang memberikan perlindungan lebih awal pada bayi dan anak kecil dari diare akibat rotavirus
Vaksin yang dikembangkan peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM bersama dengan peneliti dari Mudroch Children’s Research Institute (MCRI) Australia ini terbukti mampu menurunkan terjadinya peradangan pada saluran pencernaan (gastroentritis) rotavirus berat pada bayi.
Seperti diketahui, rotavirus masih menjadi penyebab diare berat. Secara global rotavirus menyebabkan kematian 215.000 anak di bawah usia lima tahun. Sementara di Indonesia penyakit ini diperkirakan menyebabkan 10.000 kematian anak, 200.000 rawat inap, dan 600.000 rawat jalan setiap tahun.
Ketua regional untuk penelitian gastroentrologi anak-anak dan rotavirus di Indonesia, Prof.dr. Yati Soenarto, Sp.A (K)., Ph.D., mengatakan vaksin rotavirus pertama dikenalkan Ruth Bishop dari MCRI sekitar tahun 1973. Selanjutnya, UGM bersama dengan MRCI berupaya mengembangkan vaksin RV3 oral jenis baru yang diberikan kepada bayi baru lahir.
“Vaksin rotavirus yang telah beredar saat ini hanya dapat diberikan untuk bayi berusia lebih dari 6 minggu sehingga bayi-bayi baru lahir masih rentan terhadap infeksi rotavirus. Dengan vaksin jenis baru ini dapat diberikan kepada semua bayi sesaat setelah lahir,” paparnya saat konferensi pers, Kamis (22/2) di FKKMK UGM.
Yati menyampaikan dengan memberikan vaksin rotavirus sesaat setelah kelahiran bayi diharapkan mampu memberikan perlindungan kepada bayi dari penyakit mematikan ini pada usia tiga bulan. Tidak sedikit bayi-bayi yang luput dari kesempatan vaksinasi selanjutnya, bahkan saat risiko terkena rotavirus berat sangat tinggi.
Vaksin rotavirus jenis baru ini telah diujikan secara klinis di 25 puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Sleman, DIY dan Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Vaksin diberikan kepada 1.649 bayi pada lima hari pertama usianya hingga usia 18 bulan dalam tiga dosis tunggal.
“Setelah tiga dosis RV3-BB diberikan saat lahir hasilnya 94 persen bayi terlindungi di tahun pertama hidupnya terhadap gastroenteritis rotavirus akut dan 75 persen dari bayi terlindungi hingga usia 18 bulan,” jelas peneliti utama uji klinik vaksin rotavirus Indonesia, dr. Jarir At Thobari, Ph.D.
Uji klinis ini merupakan fase akhir dan pencapaian dari penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1990-an di Australia. Penelitian fase pertama dilakukan di Meulbourne dan New Zeland dan sukses dalam mengetahui bagaimana sistem imun merespons vaksin dan kemampuan dalam melindungi diare berat pada bayi. Selanjutnya, penelitian dilakukan di Indonesia sejak tahun 2013 hingga 2016 untuk mengetahui efektivitas vaksin dalam menurunkan gastroenteritis rotavirus pada bayi.
Menurut rencana vaksin ini akan diproduksi secara massal pada tahun 2020 mendatang. Pengembangan dan produksi vaksin ini bekerjasama dengan PT. Bio Farma.
“Vaksin RV3-BB ini juga diharapkan dapat masuk dalam Program Imunisasi Nasional,”tutur Jarir. (Humas UGM/Ika)