Dengan meningkatnya status sebagai negara berkembang berpenghasilan menengah (Middle Income Developing Countries) dan anggota G-20, Indonesia kini berangsur mengambil peran sebagai negara penyedia bantuan dan tidak lagi hanya sebagai negara penerima. Melalui skema Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST), Indonesia semakin aktif memberikan berbagai bantuan kepada sesama negara berkembang, baik berupa pengembangan kapasitas maupun teknik, juga pada tiga bidang unggulan, yaitu pembangunan, tatakelola pemerintahan yang baik dan ekonomi.
Direktur Kerja Sama Teknik, Kementerian Luar Negeri sekaligus Ketua Tim Pelaksana Koordinasi Nasional (Kornas) KSS, Muhammad Syarif Alatas, mengatakan dari berbagai peran yang dilakukan, Indonesia kini memperkuat kepemimpinan melalui Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular. Bahkan, atas berbagai peran tersebut, saat ini diproses pembuatan kerangka hukum dan kelembagaan KSST.
“Penguatan peran Indonesia pada Kerja Sama Selatan-Selatan menjadi salah satu prioritas pembangunan program jangka menengah pemerintah. Melalui KSST, Indonesia semakin berkontribusi untuk global dan perdamaian dunia karena program ini adalah solusi efektif dan tepat guna bagi pembangunan berkelanjutan,” ujar Syarif Alatas, di Gedung BB Fisipol UGM, Rabu (28/2) pada Seminar “Strengthening Indonesia’s Leadership through South-South and Triangular Cooperation”.
Syarif Alatas menuturkan kontribusi dan peran Indonesia dalam KSST perlu ditingkatkan dengan mengedepankan keaktifan dalam mengelola bantuan-bantuan untuk negara-negara yang membutuhkan. Menurut Syarif, Indonesia patut bangga sebab dengan pengalaman dan keberhasilan pembangunan di semua bidang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dalam KSST yang mampu memberikan kapasitas teknis dan kapasitas- kapasitas lain pada negara selatan-selatan.
“Dari tahun ke tahun bantuan teknis dan kapasitas lain terus meningkat. Mereka sangat mengapresiasi atas bantuan yang diberikan oleh negara kita. Permintaan bantuan-bantuan ini disertai dengan berkembangnya kapasitas di Balai-Balai kita. Seiring dengan perkembangan tersebut maka Bapenas, Kemenlu, Kementerian Sekretariat Negara dan Keuangan untuk berperan di Negara Selatan-Selatan ini tidak lagi parsial, namun berkoordinasi secara nasional agar terintegrasi,” tuturnya.
KSST sendiri merupakan bentuk kontribusi Indonesia terhadap pembangunan sesama negara berkembang yang diwujudkan di antaranya melalui pemberian bantuan teknis lewat pelatihan, pemagangan, pengiriman tenaga ahli, dan knowledge sharing pada berbagai bidang, seperti pertanian, perikanan, pariwisata, infrastruktur, good governance, pemberdayaan perempuan dan masyarakat, UKM, mitigasi bencana, pendidikan, dan bidang-bidang lainnya.
Sementara itu, Nico Yahya Luping perwakilan USAID menyatakan Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) telah menjadi tren global karena negara-negara berkembang memiliki kesempatan lebih baik untuk mencapai agenda pembangunan. KSST memberikan peluang bagi negara-negara berkembang untuk saling bantu membantu satu sama lain, dengan cara yang lebih relevan sesuai kebutuhan.
“Ini bukan untuk mengatakan Kerja Sama Selatan-Selatan akan mengambil Kerja Sama Utara-Selatan, antara negara maju dan berkembang, tapi keduanya diperlukan dan untuk saling melengkapi. USAID secara antusias, terbuka dan dengan senang hati menanggapi seruan kerja sama ini,” katanya.
Pemerintah AS, kata Nico Yahya Luping, mengakui Indonesia kini mengalami banyak peningkatan. Selain kekuatan ekonomi yang meningkat, Indonesia dikenal sebagai negara dengan demokrasi yang dinamis dan menjadi anggota aktif negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), Kerja Sama Ekonomi Asia Pasific (APEC) dan anggota G-20.
Seiring dengan berkembangnya peran kepemimpinan ini menjadikan keterlibatan aktif Indonesia dalam memberikan bantuan pembangunan, terutama di bawah kerangka KSST telah diakui secara luas. Dengan adanya komitmen tersebut mendorong banyak negara menjalin kemitraan dengan Indonesia.
Seminar “Strengthening Indonesia’s Leadership through South-South and Triangular Cooperation” dilaksanakan bersama antara Pemerintah Amerika Serikat, Pemerintah Indonesia dan Universitas Gadjah Mada. Seminar menghadirkan Kepala Pusat P2K Multilateral, Kemlu, Fikry Cassidy, Wakil Dekan II Bidang Kerja Sama, Alumni dan Penelitian, Fisipol UGM, Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, M.P.P., M.Sc, President Director CV. Karya Hidup Sentosa/ Quick Tractor Indonesia, Hendro Widjayanto dan Plt. Ketua Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC’, Prof. Dr. Gati Gayatri, MA.
Poppy Sulistyaning Winanti menambahkan keterlibatan Indonesia pada Kerja Sama Selatan-Selatan juga bermuatan kepentingan. Diantaranya dengan perannya membantu negara lain sekaligus memperkenalkan berbagai produk anak negeri, seperti produk mie, alat pertanian, sabun dan lain-lain. (Humas UGM/ Agung)