Seperti halnya ilmu-ilmu lain, sejarah perkembangan ilmu psikologi juga mengenal berbagai pasang surut. Pada kurun waktu tertentu perkembangannya begitu lambat, pada waktu yang lain begitu cepat dan sangat dinamis, dan pada kurun waktu yang lain lagi seolah-olah mengalami stagnasi.
Gerakan laboratorium melanda dunia. Hal ini menegaskan bahwa psikologi adalah pewaris ilmu alam dan biologi. Psikologi berawal dari psikologi eksperimen, sebelum pada akhirnya menjadi salah satu cabang psikologi yang mempelajari fisiologi, sensasi, persepsi, belajar, kognisi, dan sikap. Mata kuliah psikologi eksperimen beserta praktikum di laboratorium pun menjadi hal baku dalam kurikulum psikologi.
Dr. Magda Bhinnety, S.Psi., M.Si., staf pengajar pada Fakultas Psikologi UGM, menyebutkan banyak persoalan psikologis yang harus dikaji oleh psikologi eksperimen mengubah secara evolusioner psikologi eksperimen. Psikologi eksperimen dimengerti tidak lagi sebagai sebuah cabang psikologi, tetapi sebagai metode. Metode eksperimen ini sangat ampuh dalam menentukan hubungan kasualitas dibandingkan dengan metode lain. Kekuatan metode membuat metode ini banyak digunakan dalam berbagai cabang psikologi. “Perubahan perspektif terjadi silih berganti dalam psikologi. Namun, psikologi eksperimen sebagai kajian mental dan perilaku dengan metode eksperimen tampak berdiri tegak. “The old tradition continues,” katanya, Rabu (27/1), dalam Konferensi Nasional Psikologi Eksperimen di Fakultas Psikologi UGM.
Ditambahkan Magda, hingga saat ini terdapat 40 hasil penelitian yang ditengarai paling berpengaruh dan mampu meletakkan dasar, menginspirasi pemikiran baru, bahkan mengubah arah secara dramatis pengembangan ilmu psikologi. Disebutkan Magda, “Dari empat puluh hasil penelitian yang sangat berpengaruh tersebut, 80% di antaranya menggunakan metode eksperimen untuk mengungkap temuan-temuannya”.
Pendapat senada diungkapkan Prof. Thomas Dicky Hastjarjo, Ph.D., yang juga merupakan staf pengajar Fakultas Psikologi UGM. Menurutnya, psikologi eksperimen merupakan metode yang ampuh untuk menguji hipotesis kasual. Namun, ditegaskan oleh pria yang mendalami kajian psikologi eksperimen ini, metode psikologi eksperimen juga memiliki kelemahan karena bersifat lokal dan partikularistik. Perlakuan hanya dilakukan dalam setting tertentu, memberikan satu versi perlakuan tertentu, dan hanya mengukur satu atau beberapa variabel dependen tertentu.
Dalam seminar yang digelar oleh Fakultas Psikologi UGM ini juga dipresentasikan 37 makalah dan 11 poster dari peserta sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Makalah tersebut membahas hasil penelitian yang dikaji dari tinjauan psikologi. Selain UGM, peserta yang hadir berasal dari, antara lain, Universitas Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Airlangga, Unisba, Universitas Sultan Agung, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Universitas Soegijapranata, Universitas Diponegoro, dan UIN Syarif Hidayatullah.(Humas UGM/Ika)