Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137% pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita.
Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di dunia.
“Di tahun 1900 an penyakit infeksi dan manultrisi merupakan penyebab kematian yang utama di dunia, namun dengan makin berkembangnya negara dan teratasinya baik infeksi maupun manultrisi, penyakit jantung koroner secara bertahap meningkat kejadiannya. Diramalkan pada tahun 2020 merupakan penyebab kematian paling tidak satu dari tiap tiga kematian,†ungkap Prof dr Bambang Irawan Martohusodo, SpPD-KKV, SpJP (K), FIHA, hari Senin (13/8) di ruang Balai Senat UGM.
Dirinya menyampaikan hal itu, saat dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Kedokteran UGM. Kepala Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler UGM ini mengucap pidato berjudul “Pencegahan Primer Penyakit Jantung Koroner Guna Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Serangan Jantungâ€.
Prof Bambang mengatakan berbagai faktor dinilai sebagai penyebab terjadinya jantung koroner ini, diantaranya kebiasaan merokok, penyakit diabetes yang tidak terkontrol, hipertensi, kenaikan kolesterol dan trigliserid dalam darah, kurang olah raga, stress psikis, dan kegemukan. Namun demikian faktor-faktor ini merupakan factor yang masih bisa dirubah atau paling tidak dipengaruhi, dikontrol untuk tujuan menurunkan risiko terbentuknya plak di pembuluh darah koroner.
Disamping itu, faktor-faktor lain seperti jenis kelamin pria (lebih sering kena penyakit jantung koroner), umur yang makin meningkat, riwayat bahwa orang tuanya terkena penyakit jantung koroner di bawah usia 50 tahun. “Sehingga pada dasarnya pencegahan penyakit jantung koroner hanya bisa dilakukan dengan mengontrol faktor risiko yang masih bisa diubah, seperti kebiasaan merokok, hipertensi, hiperdemia, diabetes mellitus, obesitas dan olah raga,†ungkapnya lagi.
Untuk berhasilnya upaya pencegahan penyakit jantung koroner, kata Prof Bambang, tidak hanya diperlukan tenaga media saja, kerja sama dengan penderita, niat yang kuat dari penderita, kesadaran keluarga dan lingkungan sangat penting untuk keberhasilannya. “Penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat lewat media apa saja juga sangat penting untuk menyadarkan masyarakat betapa bahayanya penyakit jantung koroner dan pentingnya usaha pencegahan secara awal agar tidak terkena serangan jantung dikemudian hari,†tandas pria kelahiran Yogyakarta, 20 oktober 1945 ini. (Humas UGM).