• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Indonesia Kekurangan Dokter Konsultan Ginekologi Onkologi

Indonesia Kekurangan Dokter Konsultan Ginekologi Onkologi

  • 29 Maret 2018, 17:32 WIB
  • Oleh: Gloria
  • 7185
Indonesia Kekurangan Dokter Konsultan Ginekologi Onkologi
Indonesia Kekurangan Dokter Konsultan Ginekologi Onkologi
Indonesia Kekurangan Dokter Konsultan Ginekologi Onkologi
Indonesia Kekurangan Dokter Konsultan Ginekologi Onkologi
Indonesia Kekurangan Dokter Konsultan Ginekologi Onkologi
Indonesia Kekurangan Dokter Konsultan Ginekologi Onkologi

Kanker ovarium merupakan salah satu keganasan ginekologi yang sampai saat ini masih menempati urutan ketiga di Indonesia setelah kanker leher rahim dan kanker corpus uteri. Untuk dapat meningkatkan keberlangsungan hidup penderita kanker ovarium, perlu penanganan penderita yang lebih optimal dengan meningkatkan jumlah peminat konsultan ginekologi onkologi dengan distribusi yang lebih merata di Indonesia.

“Sumber daya manusia kita sampai saat ini tercatat dokter konsultan ginekologi onkologi yang aktif ada 97 orang dan sebagian besar berada di pusat pendidikan, sedangkan spesialis obstetri dan ginekologi sampai akhir Februari 2018 tercatat 3.861 orang,” ucap Prof. Dr. Dr. Heru Pradjatmo, M.Kes., Sp.OG(K) dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar FKKMK UGM, Rabu (28/3).

Heru menjelaskan berbagai penelitian telah menunjukkan beberapa faktor risiko kanker ovarium yang meliputi faktor genetik, lingkungan, dan faktor gaya hidup. Meski demikian, secara klinis perkembangan kanker ovarium berbeda dengan kanker leher rahim karena tidak mempunyai gejala klinis awal yang jelas sehingga memang sulit dideteksi secara dini.

Selain karena hampir tidak bergejala, letak ovarium juga sulit dijangkau, terletak dalam panggul antara organ viscera yang tidak dapat dilihat secara langsung sehingga pengambilan sampel dari jaringan ovarium tidak mungkin dilakukan tanpa prosedur yang invasif. Akibatnya, kanker ovarium 65-75% didiagnosis pada stasium lanjut.

“Kanker ovarium jarang ditemukan pada stadium awal karena berkembang secara tersembunyi dan hampir tidak bergejala,” jelasnya.

Karena itu, peneliti di bidang ginekologi onkologi memiliki tantangan untuk menemukan suatu metode pemeriksaan diagnosis awal penderita kanker ovarium yang noninvasif, spesifik, dan sensitif sehingga keberlangsungan hidup penderita dapat ditingkatkan.

Selain itu, dokter spesialis obstetri dan ginekologi sebagai ujung tombak penanganan kanker ginekologi, khususnya kanker ovarium yang mortalitasnya paling tinggi tentunya harus lebih selektif dalam menangani kasus dengan tumor ovarium, yaitu kasus mana yang masih dapat ditangani dengan baik di tempat pelayanannya dan kasus mana yang seharusnya dirujuk di tempat yang lebih memadai.

Hal ini menjadi penting terutama di era BPJS di mana pasien dirujuk dari Pusat Pelayanan Kesehatan tingkat 1(PPK 1) ke PPK 2, tempat biasanya dokter Sp.OG berada.

“Di sinilah Sp.OG berperan penting dapat melakukan seleksi dengan menentukan skoring indeks keganasannya sehingga dapat menentukan kasus mana yang masih dapat ditangani di tempat pelayanannya,” kata Heru.

Sebelum mengakhiri pidatonya, ia juga menyampaikan bahwa peningkatan peran Sp.OG agar lebih memberikan penanganan penderita kanker ovarium dengan optimal dapat dilakukan dengan mengacu pada rekomendasi yang telah disepakati dan meningkatkan sistem rujukan hingga ke PPK 3 untuk kasus yang tidak dapat ditangani. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)

Berita Terkait

  • UGM-RS. Sardjito-Dutch School Sepakat Kerjasama Pelatihan Keperawatan Onkologi

    Monday,10 August 2015 - 14:24
  • Daerah Terpencil dan Perbatasan Masih Kekurangan Tenaga Kesehatan

    Thursday,15 December 2011 - 7:29
  • PERAN HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI ANAK

    Friday,24 June 2005 - 10:40
  • FKKMK UGM dan IKKESINDO Jalin Kerja Sama

    Wednesday,14 February 2018 - 9:53
  • Raih Doktor Usai Kaji Perilaku Pencarian Informasi Konsultan Pajak

    Tuesday,09 October 2018 - 11:55

Rilis Berita

  • Masyarakat Lombok Utara Apresiasi KKN Kolaborasi UGM 28 January 2023
    Masyarakat memberikan apresiasi pelaksanaan KKN Kolaborasi yang dirintis oleh Universitas Gadjah
    Satria
  • Evaluasi dan Temu Mitra Supplyer Gerai UMKM 27 January 2023
    Sebagai media memfasilitasi pemasaran produk UMKM binaan sivitas akademika UGM, Gerai UMKM yang b
    Agung
  • Dirjen Diktiristek Puji Fasilitas Field Research Center UGM 27 January 2023
    Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Ir. Nizam,
    Gloria
  • Raih Doktor Usai Teliti Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong 27 January 2023
    Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Sumberdaya Geologi, BRIN, Ir. Chusni Ansori, M.T., dinyatakan lu
    Agung
  • Rektor UGM Paparkan Konsep HPU di Kampus UNRAM 27 January 2023
    Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), memaparkan konse
    Satria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual