
Pakar Biologi dari Yamagata University, Jepang, Prof. Jun Yokoyama, mengisi kuliah tamu tentang interaksi tumbuhan dan agen penyerbukan (polinator) di Fakultas Biologi UGM.
Dalam kesempatan itu, Yokoyama menyampaikan pemaparan berjudul “Diversity and Evolution of Plant-Pollinator Interactions”. Di hadapan puluhan mahasiswa dan dosen Fakultas Biologi UGM dia menjelaskan tumbuhan primitif melakukan penyerbukan dengan perantara angin. Sayangya, dengan cara ini tidak banyak pollen yang sampai ke stigma dan mengalami penyerbukan.
“Banyak pollen yang terbuang, hanya 0,01 persen dari total pollen yang sampai ke stigma dan mengalami penyerbukan,” jelasnya, Jumat (23/3) lalu.
Secara evolusioner, disebutkan Yokoyama, tumbuhan selanjutnya memanfaatkan hewan sebagai pollinator. Untuk menarik perhatian pollinator, terdapat mekanisme simbiosis mutualisme antara tanaman dan pollinator. Dalam hal ini, tanaman terbantu dalam mediasi reproduksi seksual sedangkan hewan mendapatkan makanan dan nektar.
“Sejumlah polinator yang berperan dalam penyerbukan, antara lain lebah, ngengat, kumbang kotoran, lalat, burung, kelelawar, lemur, hingga kecoak,” katanya.
Menurutnya, setiap polinator mempunyai karakteristik polinasi yang berbeda-beda. Misalnya, lalat sebagai pollinator bunga memiliki bau yang menyerupai bau bangkai maupun bau feses.
Demikian halnya pada tanaman, beberapa bunga juga mengalami spesialisasi polinator. Salah satunya, anggrek Ophrys yang memiliki kelopak bunga menyerupai lebah betina sehingga menarik perhatian lebah jantan untuk melakukan penyerbukan.
“Pada beberapa kasus, terdapat bunga yang mengalami spesialisasi berlebih sehingga ketika polinator spesifiknya punah atau terbatas jumlahnya, akhirnya bunga tersebut mengalami evolusi untuk dapat melakukan polinasi sendiri dan dapat menjaga keberlangsungan hidupnya,”urainya.(Humas UGM/Ika)