Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (Balitbang-Depdiknas), selama dua hari, 14-15 Agustus 2007 menyelenggarakan Lokakarya bertema “Pengembangan Pendidikan Keimanan, Ketaqwaan dan Akhlak Muliaâ€. Lokakarya dibuka Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD, diikuti 47 peserta guru-guru berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Jateng, Jabar, DKI, Jatim, Banten, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Sumut, Sumbar, Sumsel, Riau, Sulsel, Sulut, NTB, NTT, Maluku dan Bali.
Bahwa lokakarya digelar dalam upaya membangun kualitas manusia Indonesia, yang tidak saja tertuju pada aspek-aspek keduniawian, melainkan aspek-aspek mental spiritual. Bahwa pendidikan budi pekerti telah menjadi tanggungjawab bersama, yang ditempuh melalui jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal.
Dalam lokakarya ini, para guru akan memaparkan muatan lokal pendidikan budi pekerti dari daerahnya. Hal tersebut sesuai dengan maksud diadakannya kegiatan ini, yaitu menggali, mengidentifikasi dan menginventarisasi muatan lokal terkait inovasi proses belajar mengajar pendidikan, ketaqwaan dan akhlak mulia. Baik yang bersifat konsepsional maupun operasional dan diharapkan dapat menjadi acuan pengembangan pendidikan budipekerti di Indonesia.
“Selain itu untuk memperoleh model pembelajaran pendidikan keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia yang inovatif, efektif, dan layak dilaksanakan untuk terwujudnya insan Indonesia yang cerdas, komprehensif di era global,†ujar Dr R Wisnu Nurcahyo, selaku ketua panitia dalam laporannya di Wisma PPPG Matematika, Depok Sleman, Selasa (14/8).
Hal senada disampaikan Rektor UGM Prof Sudjarwadi. Dikatakannya, dahulu suku-suku bangsa di Indonesia telah memberikan contoh-contoh kehidupan yang damai. Namun, dalam perkembangannya kedamaian itu kian hari makin berkurang dan keimanan tidak seperti yang diharapkan.
“Sehingga saya betul-betul berbahagia, karena hari ini ada materi untuk itu, dan bapak ibu sekalian sebagai peserta lokakarya dapat mengembangkan cara-cara baru agar apa yang dikehendaki Alloh dan kebaikan-kebaikan yang pernah kita miliki di masa lalu, betul-betul dapat menjadi praktek hidup berbangsa. Hal itu pula yang akan kita wariskan pada generasi penerus,†ujar Rektor saat memberi sambutan.
Sebagai bentuk budi pekerti paling nyata, UGM kemudian mengundang perwakilan bapak ibu guru SD untuk turut serta dalam upacara wisuda. Bahwa bapak ibu guru di tingkat SD dinilai telah menanamkan dan membentuk nilai-nilai pada anak didiknya.
“Untuk pertama kalinya, UGM akan memberikan kursi kehormatan kepada guru-guru SD yang kita undang. Hal ini untuk mengingatkan kembali pada wisudawan/wisudawati, bila mereka dapat seperti itu juga karena jasa-jasa guru mereka dulu,†ujarnya lagi.
Lebih detail Wisnu Nurcahyo mengungkapkan, lingkungan di kota-kota sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku anak-anak. Di kota-kota itu, disinyalir banyak anak sudah melakukan tindak kriminal seperti mencopet, mencuri dan lain-lain.
“Kalau kemudian di sekolah saja dibiarkan, tidak ada pendidikan yang mengarah ke situ, ini berbahaya sekali. Dirumah juga tidak mendapat pendidikan karena orang tua sibuk bekerja, bahkan jarang ketemu. Sehingga ketika lulus tanpa muatan-muatan seperti itu, maka akan terjadi seperti sekarang ini. Mahasiswa sekarang pun kalau dilihat budi pekertinya sangat kurang sekali,’ tukas Wisnu Nurcahyo.
Selain itu, kata Wisnu, faktor media tv juga berpengaruh. Bahwa dari berbagai tayangan televisi, anak-anak sepertinya mendapatkan pelajaran bagaimana mencuri, berbuat asusila dan lain-lain.
Untuk itu dirinya berharap dari lokakarya ini akan terbit semacam buku panduan tentang Pendidikan Keimanan, Ketaqwaan dan Akhlak Mulia. Meski begitu, buku panduaan tidak seragam untuk seluruh daerah.
“Yang pasti ada standar yang seragam, tapi disitu juga ada kekhasan muatan-muatan lokal dari daerah masing-masing Jadi lebih ke arah budaya, seperti di Bali, di Padang dan Papua misalnya, kan lain-lain. Mungkin ada tambahan-tambahan muatan kearifan lokal budaya masing-masing,†tukasnya.
Lebih lanjut, Wisnu Nurcahyo menambahkan dari kegiatan ini akan tersusun model proses belajar mengajar (PBM) pendidikan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia yang inovatif. Model PBM ini terdiri dari Model Pembelajaran Sendiri, Materi Pembelajaran dan Pedoman Pembelajaran/Penanaman (cultivation) dari konsep budi pekerti luhur bangsa Indonesia yang dijabarkan dalam materi-materi pendidikan, keimanan, dan akhlak mulia. “Bahan ini selanjutnya, dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan penerapan model pembelajaran pada berbagai jalur dan jenjang pendidikan dasar, termasuk strategi dan operasionalisasinya,†tandas Wisnu.
Sejumlah pembicara hadir untuk memberikan materi-materi dalam lokakarya ini, diantaranya Prof Dr Mansyur Ramly (Kepala Balibang Depdiknas) judul “Peran Pendidikan Keimanan, Ketaqwaan dan Akhlak Mulia di Sekolahâ€, Prof Dr Retno Sunarminingsih MSc Apt (Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat UGM) judul “Peran Strategis Pendidikan Nilai dan Budi Pekerti Dalam Mewujudkan Insan Cerdas†dan Prof Dr Achmad Mursyidi MSc Apt (Ketua Program Studi Perbandingan Agama dan Lintas Budaya-UGM) yang menyampaikan materi “Urgensi Pendidikan Budi Pekerti di Era Globalâ€. (Humas UGM).