• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Anisakis di Ikan Laut Merupakan Fenomena Alami

Anisakis di Ikan Laut Merupakan Fenomena Alami

  • 03 April 2018, 20:38 WIB
  • Oleh: Ika
  • 15090
Keberadaan Anisakis di Ikan Laut Merupakan Fenomena Alami
Keberadaan Anisakis di Ikan Laut Merupakan Fenomena Alami
Keberadaan Anisakis di Ikan Laut Merupakan Fenomena Alami
Keberadaan Anisakis di Ikan Laut Merupakan Fenomena Alami
Keberadaan Anisakis di Ikan Laut Merupakan Fenomena Alami
Keberadaan Anisakis di Ikan Laut Merupakan Fenomena Alami

Temuan cacing Anisakis sp. dalam sejumlah merek produk ikan makarel kalengan belum lama ini  menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Dosen Perikanan UGM, Dr. Eko Setyobudi, menyampaikan kemunculan anisakis dalam ikan laut merupakan hal yang biasa.

“Keberadaan anisakis di ikan laut merupakan fenomena biasa yang terjadi secara alami,” jelasnya, saat ditemui diruang kerjanya di Departemen Perikanan UGM, Selasa (3/4).

Eko mengatakan anisakis merupakan kelompok nematoda dari famili Anisakidae yang umum ditemukan sebagai parasit pada berbagai jenis ikan laut di seluruh dunia. Sementara itu, penyebarannya melibatkan krustasea, ikan, cumi-cumi, maupun mamalia laut sebagai inang.

Secara umum siklus hidup anisakis dicirikan dengan 4 kali moulting. Hanya stadia larva-2 yang bersifat hidup bebas dalam perairan dan akan berubah menjadi larva-3 setelah masuk dalam tubuh krustasea laut karena proses pemangsaan. Anisakis yang menginfeksi ikan atau cephalopoda berada dalam tahap larva-3 dengan ukuran kurang lebih 2-4 cm. Sementara  untuk tahap anisakis dewasa hanya ditemukan pada mamalia laut.

Eko menjelaskan bahwa infeksi anisakis dalam organisme laut telah diteliti dalam beberapa studi dan sejumlah besar spesies ikan dan cephalopoda rentan terhadap infeksi nematoda ini. Sampai saat ini tidak kurang dari 200 jenis ikan dan 25 jenis cephalopoda telah dilaporkan terinfeksi anisakis. Adapun jenis ikan yang banyak dilaporkan terinfeksi adalah Atlantic Mackerel, Horse Mackerel,  Blue Mackerel, Indian Mackerel,  dan Hering.

“Hasil penelitian Departemen Perikanan UGM juga menunjukkan bahwa beberapa spesies ikan di Samudera Hindia Selatan Jawa juga terinfeksi oleh nematoda in,” jelas pria yang fokus menekuni penelitian anisakis sejak 2006 ini.

Anisakis terdiri dari banyak spesies dan beberapa diantaranya diyakini hanya terdistribusi dalam area terbatas. Eko mencontohkan pada Anisakis simplex lebih banyak ditemukan di belahan bumi utara bagian barat dan timur Samudera Atlantik dan Pasifik. Namun, Anisakis simplex kadang ditemukan di perairan barat Mediterania, khususnya pada ikan pelagis yang melakukan migrasi dari Atlantik. Sedangkan anisakis yang teridentifikasi di Samudera Hindia Selatan Jawa adalah Anisakis typica.  

“Tingkat prevalensi dan intensitas infeksi Anisakis sp. terhadap suatu jenis ikan sangat dipengaruhi oleh wilayah geografis, habitat dan musim. Namun, ikan yang hidup atau bermigrasi ke daerah endemik anisakis berpeluang lebih besar terkena infeksi,” jelas pria yang meraih doktor dari Gangneung -Wonju National University, Korea ini.

Prevalensi dan intensitas infeksi cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan ukuran atau usia ikan. Anisakis dapat hidup pada rongga perut, saluran pencernaan, organ tubuh bahkan dalam daging, dengan preferensi yang berbeda untuk setiap jenis inang.

Eko mengungkapkan di negara-negara maju, salah satunya Kanada, ikan yang telah diketahui mempunyai prevalensi larva anisakis yang tinggi akan diperiksa keberadaan nematodanya pada saat pengolahan. Daging ikan dengan infeksi berat akan dilakukan pemotongan bahkan dibuang. Proses seleksi ini dilakukan untuk menghindari kerugian ekonomi dan mencegah anisakis pada manusia.

Untuk mengurangi risiko keberadaan anisakis dalam industri pengolahan ikan, Eko menekankan pentingnya memastikan ikan bahan baku yang diperoleh bukan berasal dari wilayah dan musim musim penangkapan yang bebas dari infeksi anisakis. Selain itu, juga perlu dilakukan sampling terhadap bahan baku akan kemungkinan infeksi nematoda dan melakukan prosedur standar operasional penanganan bahan baku yang dicurigai terinfeksi dengan membuang bagian yang terinfeksi.

Cacing Mati Saat Proses Pengalengan

Pakar Keamanan Pangan, Prof. Endang Sutrisnawati Rahayu, saat dihubungi secara terpisah menyebutkan cacing anisakis pada ikan makarel kalengan dipastikan mati dan tidak membahayakan kesehatan manusia jika dikonsumsi. Pasalnya, cacing akan mati setelah melalui berbagai proses pengalengan sesuai dengan standar.

‘’Konsumsi bahan makanan yang mengandung parasit mati tidak membahayakan bagi kesehatan tubuh. Hanya saja dari segi estetika cacing memang sebaiknya tidak ada dalam ikan,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan Trisye, sapaan akrab Endang Sutrisnawati Rahayu, pada proses pengalengan memiliki persyaratan thermal untuk  memastikan seluruh mikroorganisme yang ada di bahan pangan yang diolah seluruhnya mati, termasuk endopsora  bakteri yang sering dipakai sebagai tolak ukur karena paling tahan dengan panas. Dengan demikian, pada proses pengalengan yang dilakukan sesuai dengan persyaratan yang ada dapat dipastikan aman bahkan hingga masa kadaluwarsa.

“Dalam proses sterilisasi untuk membunuh endospora saat pengalengan dilakukan di suhu lebih dari 121 °C. Kalau endospora saja sudah mati maka mikroorganisme serta parasit atau larva yang ada dalam bahan makanan yang diolah dipastikan juga sudah mati duluan,”tegasnya.

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM ini mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi kejadian ini. Kasus ikan makarel kalengan yang bercacing ini diharapkan tidak menjadikan masyarakat takut untuk mengonsumsi ikan laut.

“Yang terpenting adalah diperhatikan dalam mengolah dan memasak ikan laut dengan sempurna,” katanya.

Yang harus diperhatikan, lanjutnya, justru pada ikan yang dikonsumsi mentah atau setengah matang. Menurutnya, perlu dilakukan kontrol terhadap bahan bakunya. Sebab, memasak ikan laut tanpa panas atau panas yang kurang tidak akan mematikan larva cacing dan bisa menyebabkan penyakit.

Trisye juga mengimbau industri pengalengan ikan untuk melakukan update standar operasional produk (SOP) pada Good Manufacturing Practice (GMP) maupun Hazard Analysis and Critical Control Point (HCPP) dan melakukan validasi  kecukupan panas dengan memperhatikan keberadaan nematoda pada bahan baku yang diolah.

Sebelumnya, BPOM merilis temuan  sebanyak 27 merek produk ikan makarel kalengan yang dinyatakan positif terdapat cacing parasit jenis Anisakis sp. BPOM telah melakukan pengawasan dengan menarik merek-merek tersebut dari pasaran di berbagai wilayah Indonesia. (Humas UGM/Ika)

 

Berita Terkait

  • Proses Pemasakan Matikan Parasit Cacing pada Ikan

    Thursday,27 February 2020 - 10:24
  • Ikan Sidat Komoditas Menjanjikan

    Monday,29 May 2017 - 12:15
  • Potensi Rumput Laut sebagai Pakan Fungsional Akuakultur

    Saturday,30 October 2021 - 5:58
  • Kapasitas Produksi Ikan Harus Lebih Ditingkatkan

    Friday,07 August 2015 - 16:28
  • SDM Manajemen Bencana Masih Minim

    Wednesday,16 December 2015 - 12:53

Rilis Berita

  • Masyarakat Lombok Utara Apresiasi KKN Kolaborasi UGM 28 January 2023
    Masyarakat memberikan apresiasi pelaksanaan KKN Kolaborasi yang dirintis oleh Universitas Gadjah
    Satria
  • Evaluasi dan Temu Mitra Supplyer Gerai UMKM 27 January 2023
    Sebagai media memfasilitasi pemasaran produk UMKM binaan sivitas akademika UGM, Gerai UMKM yang b
    Agung
  • Dirjen Diktiristek Puji Fasilitas Field Research Center UGM 27 January 2023
    Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Ir. Nizam,
    Gloria
  • Raih Doktor Usai Teliti Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong 27 January 2023
    Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Sumberdaya Geologi, BRIN, Ir. Chusni Ansori, M.T., dinyatakan lu
    Agung
  • Rektor UGM Paparkan Konsep HPU di Kampus UNRAM 27 January 2023
    Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), memaparkan konse
    Satria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual