Menteri BUMN, Rini M. Soemarno, menargetkan akhir tahun 2019 tidak ada lagi BUMN yang merugi. Hingga akhir 2017 lalu, kata Rini, dari 24 perusahaan yang merugi sejak ia menjabat menteri 2014 lalu, sudah berkurang menjadi 13 BUMN saja yang merugi. Keuntungan BUMN pun sudah naik sekitar 30 persen dari sebelumnya sekitar Rp148 triliun pada akhir 2014 menjadi Rp183 triliun. “Aset yang tadinya 4.500 triliun sekarang di akhir 2017 lalu menjadi 7.000 triliun,” kata Rini saat memberi kuliah umum Executive Series yang bertajuk Nurturing and Managing Leader di hadapan mahasiswa program studi Magister Manajemen UGM, Kamis (12/4).
Rini mengakui tidak mudah untuk menjadikan perusahaan plat merah agar tidak merugi. Salah satu yang ia lakukan adalah menyamakan visi dan pemikiran dengan para direksi BUMN. Ia menyebutkan negara memiliki sebanyak 143 perusahaan BUMN yang bergerak di 13 sektor. Namun, dari sejumlah itu tidak semua kondisi keuangannya sehat dan sudah merugi hingga puluhan tahun. Namun, dalam 3,5 tahun ia mendorong agar para direksi mengelola BUMN secara transparan dan akuntabel serta memberikan pelayanan kepada masyarakat. “Tantangan ketika itu bagaimana menyatukan perusahaan BUMN ini dalam satu pemikiran, sebab selama ini jalan sendiri-sendiri,” kata Rini.
Menurut Rini ia tidak henti-hentinya berpesan pada direksi untuk memiliki pola pikir bahwa BUMN adalah aset negara dan menjadikan BUMN sebagai agen pembangunan bangsa sehingga harus dikelola dengan baik. Ia pun tidak segan-segan menerapkan aturan agar para direktur selalu terjun ke masyarakat dan selalu bepergian menjalankan tugas dengan naik moda transportasi kelas ekonomi. Meski sempat diprotes, kata Rini, para direksi akhirnya mafhum karena ia sendiri menerapkannya. “Saya pernah mengajak para direktur bank merasakan naik kereta ekonomi dari Jakarta ke Tasikmalaya, ada direktur yang berusaha tidur karena tidak terbiasa akhirnya jatuh,” kenang Rini.
Menurut Rini apabila para direktur BUMN naik mobil mewah lalu bepergian dengan kelas bisnis maka bagaimana mungkin bisa merasakan pentingnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Sebagai menteri BUMN, kata Rini, ia tidak hanya mengelola perusahaan negara menjadi lebih baik. Presiden juga berpesan padanya agar BUMN ikut berperan dalam pembangunan infrastruktur. “Tantangan yang diberikan Presiden adalah membangun jalan tol, membangun listrik 35 ribu MW dan membangun pelabuhan dan bandara,” katanya.
Di akhir tahun 2014, kata Rini, Indonesia hanya memiliki pembangkit listrik 46 ribu megawatt dengan panjang transmisi 40 ribu kilometer dengan tingkat elektrifikasi 28 persen. “Di akhir akhir 2019, kita ditargetkan bisa melakukan elektrifikasi hingga 98 persen dan tersedianya listrik untuk industri. Kita juga diminta dalam lima tahun membangun 35 ribu megawatt, bangun transmisi 46 ribu kilo meter, sampai tahun depan panjang transmisi harus 86 ribu km,” ujarnya.
Meski tantangan yang diberikan oleh Presiden memang tidak mudah dilaksanakan, imbuhnya, namun Rini mengaku bersyukur apa yang ditargetkan tersebut sedikit bisa tercapai dengan menggerakkan perusahaan BUMN untuk terlibat, “Akhir tahun ini jalan tol Merak hingga Probolinggo dan jalan tol Bakaheuni- Palembang akan tersambung,” katanya.
Pakar manajemen UGM, Dr. T. Hani Handoko, yang menjadi pemandu dalam kuliah umum ini menyebutkan Rini merupakan pejabat yang memiliki kemampuan strategis bisnis yang baik. Menurutnya, hal itu tidak lepas dari posisi Rini yang sebelumnya menjadi Presdir Astra Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Rini mengaku ia adalah tipe orang yang tidak suka banyak bicara, namun lebih banyak melakukan tindakan. “Saya lebih suka banyak melakukan aksi ketimbang banyak ngomongnya,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)