Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK), Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan The 3rd Asian Congress in Nursing Education (ACINE) yang mengangkat tema “Optimizing Interprofessional Education (IPE) to Improve Healthcare Quality”, 18-20 April 2018. Kegiatan tersebut hasil kerja sama UGM dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) beserta 18 co-hosts dari dalam maupun luar negeri yang, di antaranya Chiba University (Jepang), Edinbrugh University (Inggris), Chulalongkorn University (Thailand), University of Gothenburg (Swedia), Taipei medical University (Taiwan) dan Universitas Indonesia. Acara dihadiri kurang lebih 350 peserta dari berbagai negara.
Ketua Panitia ACINE, Lely Lusmilasari, S.Kep, M.Kes., Ph.D., menjelaskan pentingnya isu IPE saat ini. Menurutnya, saat ini terjadi gap antar berbagai profesi tenaga kesehatan. Oleh karena itu, menurut Lely, IPE harus diterapkan semenjak tenaga kesehatan masih dalam pendidikan. Lely menambahkan bahwa mereka (dokter, perawat, tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya) harus bisa saling respek antara satu dan lainnya serta menjalin komunikasi dengan baik.
“Tidak mudah untuk membuka mindset para tenaga kesehatan bahwa tidak ada yang lebih superior atau inferior dalam kerja kesehatan,” tutur Lely.
Lebih lanjut Lely menjelaskan saat ini FKKMK telah mengaplikasikan IPE dalam kurikulum pembelajaran sejak 2013. Melalui Comprehensive Community Health Care (CFHC) mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Gizi dan Kesehatan, serta Ilmu Keperawatan berkolaborasi menangani pasien dalam suatu komunitas tertentu. Melakukan pengkajian dan merumuskan solusi secara bersama-sama. Lely berharap salah satu contoh penerapan IPE tersebut mampu membuat tenaga kesehatan saling menghargai satu dan lainnya.
” Tidak ada pasien yang mampu disembuhkan oleh satu tenaga kesehatan saja melainkan harus ditangani dengan kerja sama antar tenaga kesehatan,” ujar Lely.
Sementara itu, Ketua AIPNI, Dr. Muhammad Hadi, S.Kep, M.Kes., mengatakan UGM pionir dalam pengembangan pendidikan IPE di Indonesia. Ia berharap pengalaman pengelolaan program IPE bisa ditularkan kepada institusi pendidikan lainnnya.
“Tentu dengan kerja sama dan interaksi dengan negara Asia Pasifik pada kesempatan ini, mampu meningkatkan kualitas perawat Indonesia sehingga diakui internasional,” tutur Hadi. (Humas UGM/Catur)