Yogya, KU
Sebanyak 300 pakar penyakit tumbuhan yang berasal dari 22 negara mengikuti Asian Conference on Plant Pathology, 20-23 di Gedung Pasca Sarjana UGM. Pertemuan ahli fitopatologi (penyakit tumbuhan) Asia merupakan yang ketiga kaliya dilaksanakan. Pertemuan ini membahas berbagai masalah penyakit tumbuhan dalam bidang pertanian, kemajuan penyakit tumbuhan molekuler dan cara pengendalian penyakit tumbuhan dengan agens hayati.
Konferensi ini, menurut Prof Dr Ir Susamto Somowiharjo, M.Sc dilatarbelakangi oleh kendala terbesar yang dihadapi sektor pertanian terutama penanggulangan penyakit tumbuhan yang menyerang di semua komoditas tanaman. Di tingkat dunia, kerugian akibat penyakit tumbuhan ini mencapai 30 persen.
“Tanaman kelapa sawit saja sebagai salah satu komoditas ekspor terbesar Indonesia saat ini, hampir 1/3 sudah terserang penyakit jamur,†ungkap Prof Dr Ir Susamto Somowiharjo, M.Sc kepada wartawan, Selasa (21/8) di Kampus UGM.
Penyebab berkembangnya jamur ini dikarenakan sistem pertanian yang bersifat monokultur. “Begitu dibuat sistem monokultur maka tidak ada faktor pengendali untuk menghambat pertumbuhan jamur,†tambahnya.
Menurut Dekan Fakultas Pertranian UGM ini, biasanya pertumbuhan jamur akan akan muncul pada siklus kedua pasca panen pertama. “Kebanyakan rotasi kedua yang terkena jamur, sebab mikroorganisme yang berasal dari dalam tanah ini mengalami akumulasi,†katanya.
Susamto mengakui, selama ini belum ada cara yang efektif untuk menanggulangi dan membasmi infeksi jamur tersebut. “Kita selalu menghimbau kepada setiap perusahaan dan petani, untuk tidak menggunakan bahan kimia dalam membasmi jamur ini, terkecuali dalam keadaan betul-betul terpaksa,†paparnya.
Sebaliknya, tambah Susamto, para ahli Fitopatologi selalu menganjurkan untuk menggunakan cara pengendalian yang menggunakan agens hayati, dimana penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh mikro-organisme harus dilawan dengan mikro-organisme pula. “Infeksi jamur maka harus dibasmi dengan jamur pula,†katanya.
Oleh karena itu, kata Susamto, peran pakar fitopatologi ini sangat dibutuhkan sekali untuk di masa-masa mendatang.
Sementara Prof Tang Whenhua yang berasal dari China Agricultural University, Cina mengungkapkan bahwa kerugian akibat penyakit tanaman di negaranya mencapai 15 persen. Di negeri tirai bambu ini, menurut Tang Whenhua penyakit tanaman yang banyak menyerang adalah jamur kuning, dan penyakit busuk batang. (Humas UGM)