Yogya, KU
Dalam rangka meningkatkan pembangunan pariwisata ke depan di Indonesia, diperlukan pengelolaan secara terpadu baik pemerintah, swasta dan perguruan tinggi serta masyarakat. Upaya ini dilakukan untuk mencapai target kunjungan wisatawan mencanegara (wisman) yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 6 juta pada tahun 2007 dan 7 juta tahun 2008.
“Perlu ditempuh beberapa langkah untuk mencapai angka tersebut, diantaranya pemulihan kepercayaan terhadap citra pariwisata Indonesia, meningkatkan koordinasi lintas sektor serta mengoptimalkan peran kantor perwakilan promosi pariwisata Indonesia di luar negeri,†ungkap Pelaksana Harian Deputi Bidang Budaya, Pariwisata dan Olahraga dari Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Rozali Hamzah SH saat membacakan pidato sambutan Menteri Kordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie dalam pembukaan Konferensi Pariwisata Indonesia 2020, Rabu (22/08) di Ruang Multi Media Kampus UGM.
Rozali menambahkan bahwa Format pembangunan kepariwisataan nasional ke depan, harus diarahkan pada kepariwisatawan baru yang tidak terlalu tergantung pada kebijakan internasional dari negara maju.
Menurut Rozali, kepariwisataan yang memperkuat nilai-nilai dan peran lokal kiranya merupakan jawaban yang dapat membawa agenda pembangunan kepariwisataan baru yang menguntungkan, baik secara sosial, ekonomi, lingkungan maupun budaya masyarakat.
Lebih dari itu, pembangunan pariwisata yang berpihak pada pelestarian lingkungan dan masyarakat miskin, merupakan wujud dari upaya menciptakan pembangunan pariwisata berkjelanjutan.
Sehingga, pembangunan kepariwisatawan berbasis masayarakat, kata Rozali, harus mengembangkan destinasi pulau kecil yang mencakup daerah-daerah perbatasan serta daerah miskin. “Secara tidak langsung akan berperan dalam mensukseskan pembangunan daerah tertinggal, dan menjaga keutuhan NKRI,†katanya.
Sementara Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik dalam pidato sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Firmansyah Rahim MM mengatakan bahwa Pemerintah RI akan mencanangkan tahun 2008 sebagai tahun kunjungan wisata.
“Dengan adanya Visit Indonesia Year 2008 maka pemerintah akan berusaha melakukan pengembangan fasilitas destinasi daerah pariwisata di luar pulau Jawa dan Bali,†katanya.
Prof Francois H Vellas dari Universitas Toulouse Perancis dalam pidato kuncinya menjelaskan bahwa kunjungan para wisatawan di Negara-negara berkembang hanya mampu menyerap sekitar 30 persen dari jumlah total wisatawan di seluruh dunia.
Prof Vellas memperkirakan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Asia masih akan mengalami peningkatan, di Benua Eropa mengalami penurunan, Benua Amerika tetap dalam posisi stagnan, sedangkan di Benua Afrika akan mengalami peningkatan cukup pesat namun dalam persentase jumlah yang cukup kecil dibanding ketiga benua lainnya.
“Salah satu cara yang paling efektif untuk menarik jumlah wisatawan, diantaranya dengan menyediakan tiket penerbangan dengan tarif murah, mempermudah pengurusan Visa, memperbanyak atraksi wisata dan menambah beberapa daerah tujuan wisata baru,†katanya.
Vellas mengakui, pariwisata tetap memiliki peran penting untuk mengurangi jumlah angka kemiskinan dan pengangguran melalui pemberdayaan masyarakat lokal. Ia mencontohkan penglaman pengembangan wisata pantai di Kamerun, Afrika.
“Sebelumnya dijadikan obyek wisata, pantai yang ada di sana digunakan sebagai toilet terbuka oleh masyarakat setempat. Ketika akan dikembangkan menjadi daerah pariwisata, maka diberikan jatah sekitar seratus meter di garis bibir pantai untuk dikelola oleh para pemuda setempat. Para pemuda ini diharuskan menjaga kebersihan pantai dan diijinkan untuk membuka ruang-ruang usaha di daerah pantai tersebut,†jelasnya.
Dalah akhir pidatonya, Vellas menegaskan bahwa pengembangan kepariwisataan ke depan akan ditentukan melalui pendekatan kelimuan diantaranya melakukan berbagai kegiatan seminar, pelatihan dan sebagainya. (Humas UGM)