Apoteker memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan pasien melalui pelayanan kefarmasian.
Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof.Dr. Suwaldi Martodihardjo, M.Sc., Apt., dalam seminar bertajuk Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kesehatan “Tantangan di Era Disruptive Innovation”, Rabu (9/5) di Auditorium Sekolah Pascasarjana UGM.
Suwaldi mengatakan bahwa apoteker berperan dalam menjaga kesehatan dan meningkatkan mutu kehidupan pasien. Salah satunya adalah memberikan konseling kepada pasien dan masyarakat terkait penggunaan obat yang benar.
Konseling oleh apoteker kepada pasien, kata dia, sangat diperlukan dalam rangka mengubah perilaku pasien.
“Dengan begitu, perubahan perilaku itu dapat memperbaiki kesehatan pasien,”terangnya.
Misalnya, pola makan pasien berpengaruh terhadap kesehatan. Contoh lain, obat dapat menimbulkan deplesi nutrisi dan menimbulkan kelainan pada kesehatan pasien.
“Seperti penggunaan statin dalam jangka panjang mengakibatkan koenzim Q10 menurun,” jelasnya.
Konezim Q10 merupakan antioksidan yang diproduksi secara alami oleh tubuh manusia. Berfungsi sebagai energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel.
Dalam seminar ini turut menghadirkan pakar nanoteknologi Fakultas Farmasi UGM, Prof.Dr. Lukman Hakim, M.Sc., Apt. Lukman menyampaikan pentingnya pengembangan sediaan obat dalam bentuk nanopartikel.
Dijelaskan Lukman, sediaan obat dalam bentuk nanopartikel tidak hanya meningkatkan disolusi dan ketersediaan hayati obat saja. Namun, bisa melindungi obat dari metabolisme sebelum mencapai sirkulasi sistemik (first-pass metabolism).
Keunggulan lain dari sediaan nanopartikel adalah mengurangi proses eliminasi kadar obat dalam darah (klirens) dan memperlama mean residence time (MRT) obat. Selain itu, bisa menghindari opsonisasi dalam serum dan mengarahkan obat pada jaringan target.
“Pengembangan sediaan nanopartikel di Indonesia menjadi tantangan di era disrupsi ini sehingga bisa bersaing dengan produk luar negeri,” katanya.
Seminar kali ini diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi UGM dalam rangka purna tugas kedua Guru Besar Fakultas Farmasi tersebut. Turut hadir Dr. Widyati, Mclin Pharm Apt., Farmasis Klinik RSAL dr. Ramelan, Surabaya yang memaparkan pentingnya peran apoteker dalam mencegah resistensi antibiotik. Apoteker harus memantau dan mengevaluasi penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan dan masyarakat secara kuantitatif dan kualitatif.
Penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol dan tidak sesuai aturan akan menyebabkan resistensi antibiotika. Apabila hal ini terjadi akan membahayakan tubuh manusia. Oleh sebab itu, Widya menekankan bahwa apoteker bisa menjadi mitra konsultasi pasien maupun masyarakat tentang pemilihan antibiotik, perhitungan dosis dan cara pemakaiannya. (Humas UGM/Ika)