Perdagangan saham di pasar modal merupakan kegiatan yang mengandung ktidakpastian cukup tinggi, sehingga berpotensi menciptakan perilaku overconfident. Bukti penelitian empiris menunjukkan, bahwa ketika investor berperilaku overconfident, investor cenderung mengirimkan nilai prediksi yang relative tinggi sehingga jauh menyimpang dari nilai fundamentalnya, yang membawa implikasi pada timbulnya kesalahan prediksi yang tinggi. Kegagalan menekan kesalahan dalam memprediksi menempatkan investor pada posisi merugi.
Fenomena ini menunjukkan, bahwa mereka yang berperilaku overconfident pada hakekatnya telah melakukan perilaku pengelabuan diri (self deception), karena ketepatan pengetahuan dan informasi yang dipersepsikan tidak sesuai dengan yang sebenarnya sehingga menghasilkan keputusan (prediksi) yang tidak akurat sehingga menimbulkan kesalahan relative tinggi.
Demikian pernyataan Mahatma Kufepaksi SE MSBA, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, saat ujian terbuka program Doktor Ilmu Ekonomi Manajemen, hari Jum’at (24/8) di Sekolah Pascasarjana UGM. Promovendus mempertahankan desertasi “Pengaruh Perilaku Overconfident Pada Proses Pembentukan Dan Koreksi Harga Saham Dalam Eksperimen Pasar: Implikasi Perilaku Pengelabuan Diri Di Pasar Modal†dengan bertindak selaku promotor Prof Dr Marwan asri MBA dan ko-promotor Prof Dr Jogiyanto HM MBA serta Dr Faturochman MA.
Mahatma Kufepaksi menduga ada sekelompok investor berperilaku overconfident di bursa saham. Bahwa para investor cenderung melakukan kesalahan prediksi cukup tinggi sehingga berakibat pada kerugian. Selain itu, perilaku investor yang overconfident ini, sulit dideteksi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya dalam memprediksi dan mengoreksi harga saham yang berpatok data pasar (data sekunder).
“Sehingga diperlukan metode alternatif yang lebih relevan berupa metode eksperimen, dan metode penelitian belum pernah dilakukan dalam setting pasar saham di Indonesia,†ujar peserta Sandwich Program at Temple University, Philadelphia USA 2004-2005 ini.
Desertasi Mahatma Kufepaksi berkesimpulan, bahwa investor overconfident yang kurang memiliki pengetahuan (IKP) terbukti memberi bobot berlebihan pada pengetahuan dan informasi yang dimiliki, melebihi yang sebenarnya yang dicerminkan oleh kinerja prediksinya yang menghasilkan rata-rata kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan investor overconvident yang memiliki pengetahuan lebih tinggi (ILP) di semua sisi eksperimental, kecuali di sesi Berita Bagus. Fenomena ini menunjukkan bahwa IKP mengimplementasikan perilaku pengelabuan diri.
“IKP masih memperoleh keuntungan sepanjang mereka mampu mengirimkan nilai prediksi yang mendekati harga pasar saham yang mencerminkan ekspektasi harga dari mayoritas pelaku pasar, meskipun IKP memiliki kesalahan prediksi atau harga yang lebih besar dibanding ILP,†tutur Director of Unila Job Placement Center (PJK-Unila) 1994-2002 ini.
Oleh karena itu dalam sarannya, Mahatma mengatakan dengan memahami keberadaan perilaku overconfident, investor perlu lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan terutama ketika menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian, dengan tetap memahami dirinya sebagai manusia yang penuh keterbatasan dan ketidaksempurnaan.
“Disamping itu, investor terus didorong untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku overconfident, sehingga dapat meningkatkan kualitas judgement untuk menghasilkan keputusan yang lebih akurat,†tukas pria kelahiran Yogyakarta 26 April 1960 ini, yang dinyatakan lulus dengan predikat cum laude. (Humas UGM)