
Universitas Gadjah Mada kembali mengadakan Internasional Student Gathering di halaman Kantor Urusan Internasional UGM, Jumat (11/5). Internasional Student Gathering diikuti sejumlah mahasiswa asing dari berbagai negara yang tengah kuliah di UGM.
Internasional Student Gathering merupakan kegiatan Kantor Urusan Internasional UGM dan dilaksanakan 2 – 3 kali dalam setahun. Dengan kegiatan ini diharapkan para mahasiswa asing dapat bertukar pengalaman antara mereka yang sudah lama kuliah dengan para mahasiswa baru.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M, mengatakan Internasional Student Gathering merupakan salah satu bentuk pelayanan pada mahasiswa asing. Apalagi, dengan menempati satu blok bangunan baru, Kantor Urusan Internasional UGM diharapkan terus meningkatkan kualitas pelayanan mahasiswa asing di UGM.
“Dengan gedung baru saya kira memberi tambahan untuk pelayanan mahasiswa asing. KUI UGM tentu terus berkomitmen pada pelayanan agar mahasiswa asing di UGM merasa senang,” katanya saat membuka Internasional Student Gathering.
Dengan kegiatan semacam ini, Paripurna sangat berharap para mahasiswa asing merasa “krasan”, senang dan merasa seperti berada di rumah sendiri. Sebab, apa pun permasalahan yang dihadapi saat kuliah dapat dikonsultasikan di KUI UGM untuk dapat diselesaikan.
Kepala Subdirektorat Kerja Sama Internasional UGM, I Made Andi Arsana, S.T., M.E., Ph.D., menambahkan gathering merupakan bentuk kepedulian KUI UGM untuk mahasiswa asing yang tengah kuliah di UGM. Para mahasiswa ada yang datang duluan dan belakangan sehingga dengan gathering mereka akan bergaul dan berbagi pengalaman.
“Semisal mahasiswa asing senior memberi tips cara-cara hidup di Jogja, biasanya berdasarkan pengalaman mereka. Dibandingkan kita yang ngasih tahu mereka akan lebih yakin bila yang menyampaikan itu sama-sama mahasiswa asing,” ujar Made Andi Arsana.
Made Andi Arsana mengatakan para mahasiswa asing yang kuliah di UGM menghadapi masalah-masalah akademik dan non-akademik. Masalah-masalah non-akademik dinilainya sangat berpengaruh pada masalah akademik dan dominan, seperti stres jauh dari keluarga hingga masalah keuangan.
Oleh karena itu, KUI UGM memfasilitasi proses belajar mahasiswa asing di UGM. Bahkan, KUI UGM terus berperan seperti keluarga dengan membantu mencari tahu dan mengatasi persoalan-persoalan yang mereka hadapi.
“Seperti soal Merapi hari ini kita berusaha agar mereka tidak panik. Kita pingin mereka itu, keluarga banget, kalau ada apa-apa mereka tinggal bilang pada kita, kekeluargaan dan keguyuban itulah yang kita ciptakan,” katanya.
Andi Arsana menyatakan secara umum mahasiswa asing di UGM terus mengalami peningkatan. Hingga akhir tahun 2017 sebanyak 1.700 mahasiswa asing dari 78 negara kuliah di UGM.
Jumlah tersebut sangat tinggi dan di Indonesia jumlah mahasiswa asing di UGM termasuk sangat baik. Sebagian besar dari mereka mengambil minat studi ke social science, utamanya soal budaya dan bahasa. Meski begitu mereka juga berminat belajar di ilmu-ilmu eksakta, seperti kedokteran, kedokteran gigi, kedokteran hewan dan farmasi.
“Misal, teman-teman dari Asean, di Teknik juga banyak. Apalagi kita tergabung dalam Asean university Network yang senantiasa sepakat untuk bertukar ilmu. Artinya, kalau mereka mau belajar Geologi maka di UGM tempatnya, kita juga kadang mengirim dosen untuk studi S2 ke Chulalongkorn (Thailand) dan Malaya (Malaysia),” ungkapnya.
Internasional Student Gathering diramaikan dengan sajian kuliner dari beberapa negara. Acara ini dimeriahkan dengan penampilan dua mahasiswa asing, yaitu Dina Shaya dari Ukraine dan Hoang Trung Kien dari Vietnam yang berbagi pengalaman hidup di Jogja dan kuliah di UGM. (Humas UGM/ Agung; foto: Firsto)