Walaupun produk yang dihasilkan bakteri asam laktat rekayasa genetika telah dinyatakan aman beredar di pasar, tetap perlu dilakukan post-market surveillance (PMS). Secara teoritis produk yang dihasilkan dari genetically modified organism (GMO) dapat memiliki anti-nutrisi atau toksikan yang tidak (belum) terdeteksi, yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Lebih lanjut, berbagai faktor dapat dijadikan pertimbangan untuk determinasi keamanan pangan dari GMO di masa depan, seperti kondisi konsumsi dan profil genetik dari konsumen. Oleh karena itu, PMS tetap harus melakukan proteksi, termasuk terhadap kelompok-kelompok tertentu, seperti bayi, orang tua, dan individu yang mengalami gangguan kekebalan tubuh, serta untuk mendapatkan informasi lebih detail efek panjang GMO yang beredar di pasar.
Demikian disampaikan Prof Dr Endang Sutriswati Rahayu saat dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Teknologi Pertanian UGM, hari Senin (27/8) di Balai Senat UGM. Kepala Laboratorium Mikrobiologi Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM ini mengucap pidato “Prospek Bakteri Asam Laktat Hasil Rekayasa Genetika Di Bidang Industri Panganâ€.
Direktur Eksekutif Program PHK-B Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian FTP UGM ini, mengungkapkan pemahaman konsumen terhadap GMO sangat penting untuk pemasaran produk-produk baru yang dihasilkan dari strain-strain hasil rekayasa genetika. Saat ini, katanya, masyarakat sangat peduli terhadap ancaman kesehatan yang berasal dari makanan hasil rekayasa genetika, yaitu dugaan munculnya alergi, keracunan, atau kemungkinan terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik akibat penggunaan marker tahan antibiotik dalam proses rekayasa genetika.
“Untuk menepis kekhawatiran tersebut perlu dilakukan edukasi terhadap masyarakat sebagai konsumen, agar mereka dapat memiliki pengetahuan yang jelas dan benar terhadap produk pangan hasil rekayasa genetika beserta risiko yang ditimbulkannya,’ ujar perempuan kelahiran Yogyakarta, 22 Februari 1954 ini.
Selain itu, Wakil Ketua Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia (PERMI) lebih lanjut mengatakan bakteri asam laktat rekayasa genetika sedikit berbeda dengan tanaman dan hewan. Potensi risiko dapat diprediksi lebih awal dan lebih tepat serta selanjutnya dapat diverifikasi. Disamping keamanan strain baru, konsumen perlu mendapatkan informasi jelas tentang hubungan antara strain baru ini dengan manfaat kesehatan pada produk pangan.
“Sehingga label dan informasinya harus jelas pada produk pangan yang dipasarkan,’ jelas ibu satu putri, Marianne Sukmasari ini. (Humas UGM).