Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) merupakan sistematika penjenjangan kualifikasi sumber daya manusia di Indonesia agar lebih berdaya saing di tingkat lokal, regional hingga internasional. Arti penting kualifikasi dalam bentuk sertifikasi menjadi perhatian saat ini.
Mengingat persaingan sumber daya manusia tidak hanya terjadi di tingkat nasional, namun juga tingkat regional Asean, Asia Pasifik, hingga seluruh dunia maka salah satu bidang yang saat ini sedang dikembangkan adalah bidang Informasi Geospasial (IG). Bidang Informasi Geospasial (BIG) yang gencar dikembangkan ini awalnya diprakarsai oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Untuk itu, Fakultas Geografi UGM bekerja sama dengan BIG belum lama ini melaksanakan kegiatan sosialisasi arti penting SKKNI dan KKNI Informasi Geospasial untuk kalangan mahasiswa baik S1 dan S2 di lingkungan UGM. Kegiatan yang berlangsung sehari ini dihadiri oleh dosen dan mahasiswa, khususnya mereka yang tengah kuliah di Fakultas Geografi UGM dan beberapa kolega partner BIG.
Dr. Suprajaka, M.T, Kepala Pusat Standarisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial (PKSIG) BIG, menyampaikan beberapa catatan penting terkait arti penting SKKNI. Menurutnya, BIG saat ini sedang membangun sistem pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) IG melalui sistem sertifikasi untuk menyiapkan SDM berkompeten dalam penyelenggaraan IG nasional agar mampu berkompetisi di tingkat internasional.
“Sistem sebenarnya sudah terbentuk dan dijalankan, namun masih perlu perbaikan dan peningkatan. Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi di kalangan akademisi sangat perlu untuk menjaring masukan yang konstruktif terhadap kesempurnaan SKKNI nantinya,” kata Suprajaka di Fakultas Geografi UGM, Selasa (15/5).
Suprajaka berharap sistem yang sudah ada sebaiknya segera disosialisasikan tidak hanya di lingkungan akademisi, namun melebar hingga melibatkan sektor industri sebagai pengguna produk IG. Dengan hasil simulasi dan sosialisasi tersebut diharapkan akan menjadi masukan bagi perbaikan sistem dan standar kompetensi agar SDM IG Indonesia dapat berkompetisi dalam level dunia.
Lebih dari itu, kata Suprajaka, dengan simulasi dan sosialisasi dapat membangun sinergi semua sistem dalam meningkatkan SDM berkualitas tinggi. Dalam tataran praktis, pelaksanaan sertifikasi ini bertujuan dapat mengurangi tingkat BK (Belum Kompeten) dalam uji kompetensi.
“Hal ini berdasar pengalaman, yaitu belum kompetennya lebih banyak disebabkan karena kurang pahamnya asesi terhadap proses sertifikasi,” jelas Suprajaka.
Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc., menegaskan kerangka sertifikasi IG ini harus laik uji. Semuanya diharapkan dapat dipahami secara utuh, baik oleh elemen akademisi dan industri agar dalam pelaksanaanya menghasilkan output yang komprehensif. (Humas UGM/ Agung)