• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Tribal Nasionalism dalam Pemikiran Hannah Arendt

Tribal Nasionalism dalam Pemikiran Hannah Arendt

  • 16 May 2018, 16:31 WIB
  • Oleh: Agung
  • 2019
  • PDF Version
Tribal Nasionalism Menguak Pemikiran Hannah Arendt

Pasca reformasi 1998, selain memetik hasil positif dengan semakin meluasnya partisipasi dalam pengambilan keputusan politik, perkembangan politik di Indonesia juga diwarnai dengan sejumlah kekecewaan. Kekecewaan tersebut diantaranya terlihat pada landasan ideologi bangsa (Pancasila) yang sedemikian lama disalahgunakan guna mempertahankan kekuasaan rezim Orde Baru.

Akibatnya, di kalangan masyarakat tumbuh sikap skeptis terhadap Pancasila yang semestinya menjamin nilai-nilai persatuan, keadilan, kebebasan dan kesetaraan hukum. Sebagai reaksi apatis maka banyak kendala dalam penanaman nilai-nilai Pancasila sehingga tidak efektif.

"Marasme seperti itu membuka peluang ideologi-ideologi intoleran semakin berkembang di kalangan masyarakat. Ciri-cirinya menolak pihak yang berbeda, intimidasi, persekusi dan kekerasan terhadap kelompok lain yang semakin marak," kata Dr. J. Haryatmoko, SJ di Sekolah Pascasarjana UGM, Selasa (16/5) saat berlangsung Seminar Great Thinker Merefleksikan Gagasan Hannah Arendt, Gejala Tribal Nationalism di Tahun Politik Indonesia.

Menyikapi keprihatinan terhadap situasi tersebut, menurut Haryatmoko, menjadi penting untuk menggali nasionalisme, terutama mekanisme patologisnya. Sementara gagasan Hannah Arendt menawarkan analisis tajam terkait nasionalisme berkat pengalaman dan luasnya studi arsip.

"Perspektif baru membantu menguak fenomena propaganda, fitnah, intimidasi, mobilisasi massa, persekusi, kekerasan dan pembentukan paramiliter sebagai instrumen gerakan totaliter. Ada kemiripan antara patologi nasionalime "tribal" dengan fenomena populisme agama yang marak di banyak negara di dunia dewasa ini," tutur dosen Filsafat UI Jakarta dan USD Yogyakarta.

Haryatmoko menyebut populisme merupakan bentuk reaksi terhadap tidak berfungsinya demokrasi. Tuduhan ini dialamatkan kepada politisi yang sedang berkuasa karena dianggap "tidak menjalankan kekuasaan untuk kepentingan rakyat".

Populisme agama, sebutnya, mirip dengan gerakan-gerakan pra-totaliter yang menjadi semacam bendera perjuangan membela rakyat dengan dalih kedaulatan rakyat disita elite yang korup.

"Padahal, biasanya pengritiknya juga demagog yang haus kekuasaan, perilakunya akan sama bila berkuasa. Tapi untuk mendapat simpati perlu menunjukkan wajah berpihak ke rakyat," tuturnya.

Dr. Kuskridho Ambardi, MA, dosen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, mengungkapkan konsep tribal nationalism mungkin bukan konsep yang siap pakai untuk konteks Indonesia, kecuali jika dilakukan conceptual stretching dengan memasukan tren yang berkembang dalam dalam dua dekade terakhir di Indonesia. Dengan melihat esensi tribal nasionalism yang memiliki sifat eksklusionari dan hierarkis maka hal itu bisa diterapkan pada kecenderungan maraknya tribalisme keagamaan di Indonesia. (Humas UGM/ Agung)

Berita Terkait

  • Raih Doktor Usai Meneliti Konsep Politik Perempuan Hannah Arendt

    Thursday,26 May 2016 - 13:11
  • Mahasiswa UGM Menjadi Delegasi dalam Forum Perubahan Iklim Internasional di Amerika Serikat

    Monday,21 August 2017 - 14:03
  • Diskusi Albert Einstein dan Nuklir

    Wednesday,30 January 2008 - 8:57
  • Kagama-MK Mendorong Reformasi Penegakkan Hukum

    Sunday,18 December 2016 - 5:15
  • Mahasiswa UGM Raih Penghargaan UNESCO Bidang Perubahan Iklim

    Friday,02 June 2017 - 14:00

Rilis Berita

  • Menristek Sebut GeNose Kurangi Ketergantungan Impor Alat PCR Covid-19 15 January 2021
    Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjon
    Ika
  • Fapet UGM dan BNI Serahkan Dana Prawiramas kepada Mahasiswa 15 January 2021
    Fakultas Peternakan (Fapet) UGM dan Bank BNI bekerja sama dalam kegiatan kewirausahaan yang berju
    Satria
  • Pakar UGM Jelaskan Alasan Orang Yang Pernah Terinfeksi Covid-19 Tidak Divaksin 15 January 2021
    Ahli Imunologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Deshinta Putri Mulya, M.Sc., Sp.PD, KAI(
    Ika
  • Mengelola Stres di Era Pandemi Covid-19 15 January 2021
    Permasalahan manusia semakin lama semakin banyak dan kompleks. Terlebih di era global yang serba
    Agung
  • Orang Yang Sudah Divaksin Miliki Risiko Rendah Terkena Covid-19 14 January 2021
    Pemerintah Indonesia telah memulai program vaksinasi untuk menekan penyebaran penularan Covid-19
    Gusti

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

Tidak ada agenda terbaru saat ini

Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
Kontak sementara selama COVID-19
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599 (WhatsApp)

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2021 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual