
Acara Ramadan di Kampus menjadi salah satu kegiatan yang mengisi momen bulan Ramadan di kampus UGM tahun ini. Selama sebulan penuh, berbagai acara akan diselenggarakan di Masjid Kampus UGM, mulai dari acara pesantren Ramadan, dialog tokoh, muslimah inspiring talk, festival cendekia muslim, pagelaran budaya, hingga buka bersama gratis, Dalam penyelenggaraan kegiatan ini, UGM berkomitmen untuk tetap membawa semangat pluralisme dan kebangsaan sesuai jati diri UGM.
“Universitas Gadjah Mada adalah perguruan tinggi yang memiliki jati diri sebagai universitas nasional, universitas perjuangan, universitas Pancasila, universitas kerakyatan dan universitas pusat kebudayaan. Untuk itu, setiap kegiatan akademik maupun non-akademik yang diselenggarakan di lingkungan kampus harus mengedepankan nilai-nilai pluralisme dan kebangsaan sesuai jati diri tersebut, termasuk dalam kegiatan-kegiatan keagamaan,” ujar Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., dalam konferensi pers yang diadakan Jumat (18/5) di Gedung Pusat UGM.
Berkaitan dengan penceramah yang akan dihadirkan selama acara ini, Panut menegaskan bahwa penceramah yang dihadirkan memiliki pemahaman dan komitmen yang tinggi untuk menjaga harkat dan martabat kemanusiaan serta nilai-nilai berbangsa dan bernegara, demi persatuan, kesejukan dan kedamaian, serta merawat kebersamaan.
“Kita selalu berpesan karena masjid kita itu masjid kampus maka harus digunakan sebagai tempat kita untuk menuntut ilmu keagamaan dan kontekstual dengan ilmu yang kita pelajari di kampus. Tentu ketika mencari pembicara pun harus yang menyejukkan, yang nasionalis, dan lainnya,” imbuhnya.
Sehubungan dengan munculnya beragam respons dari masyarakat mengenai beberapa penceramah yang akan dihadirkan, dalam hal ini pimpinan universitas bersama panitia RDK mengambil langkah untuk mengganti penceramah yang menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
Hal ini, ujar Panut, diputuskan melalui diskusi antara panitia RDK, takmir masjid kampus, serta pimpinan universitas, dengan mempertimbangkan kenyamanan peserta, pembicara, serta masyarakat. Ia menambahkan, nama-nama penceramah yang akan digantikan sendiri masih dalam proses penggodokan dan akan diumumkan dalam beberapa waktu mendatang, namun ia menyebutkan bahwa penceramah yang akan digantikan di antaranya yang berafiliasi dengan organisasi yang dilarang oleh pemerintah.
“Perubahan ini akan kami umumkan segera. Melalui upaya ini, diharapkan akan tercipta suasana kampus yang lebih sejuk, harmonis, dan nyaman bagi masyarakat,” tutur Rektor.
Selain mengganti penceramah yang berpotensi menimbulkan polemik di tengah masyarakat, pimpinan universitas kini juga tengah menyusun panduan serta mekanisme dalam pemilihan penceramah di Masjid Kampus yang pengelolaannya telah diserahkan penuh kepada UGM sejak beberapa tahun silam.
“Kami sudah menyusun suatu perbaikan di dalam mekanismenya, supaya ke depan tidak lagi muncul polemik ini,” ujar Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)