Departemen Ekonomika dan Bisnis (DEB) Sekolah Vokasi UGM menggelar kegiatan keakraban yang bertajuk “Sambung Rasa, Talkshow dan Buka Puasa Bersama” pada Jumat (18/5). Bertempat di Hall-University Club Hotel UGM, acara ini diselenggarakan salah satunya untuk mempertemukan pimpinan UGM dengan berbagai pemangku kepentingan yang juga menjadi mitra DEB SV selama ini.
“Inilah nilai link and match yang kami butuhkan”, ujar Dekan Sekolah Vokasi, Wikan Sakarinto, Ph.D., dalam sambutannya.
Wikan menuturkan, industri diharapkan bisa ikut merumuskan kurikulum sehingga apa yang diajarkan di Sekolah Vokasi bisa sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dan dibutuhkan di dunia industri. Tidak hanya melibatkan industri sebagai tenaga pendidik, dalam waktu mendatang diharapkan dapat tercipta kerja sama dalam membentuk program studi baru, misalnya pembentukan program studi D4 Perbankan hasil kerja sama dengan Bank Mandiri yang ia harapkan dapat terlaksana pada tahun ini.
Dalam acara ini, hadir beberapa tamu, seperti Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, Dr. Paripurna, serta perwakilan direksi bank mitra DEB. Pada kesempatan ini, Ketua Departemen Ekonomika dan Bisnis, Dra. Ike Yuli Andjani, dalam sambutannya menekankan kembali pesan Dekan SV bahwa di antara institusi dan industri harus link and match. Sejauh ini, kolaborasi DEB dan industri sudah banyak dilakukan, di antaranya melalui serapan lulusan langsung ke industri yang membutuhkan, kegiatan magang bagi mahasiswa di industri terkait, bantuan tenaga pengajar, bantuan sarana dan prasarana, kelas kemitraan, serta kolaborasi di bidang akademik lainnya.
Hadir untuk mewakili pemangku kepentingan dari bidang industri, Direktur BCA, Suwignyo Budiman, berpendapat masyarakat sekarang berubah karena kemajuan teknologi sehingga pelayanan umum kepada pelanggan atau nasabah juga harus turut berubah. Ia menyebutkan secara nasional hanya 10% transaksi yang terjadi di cabang, sementara sisanya dilakukan di pusat. Bahkan di BCA sendiri, ujarnya, transaksi di cabang hanya menyentuh angka 3% dari total transaksi yang ada.
“Kunci suksesnya adalah di SDM, ini sulit,” tutur Suwignyo.
Ia mengaku saat ini yang paling banyak dibutuhkan adalah para ahli di bidang data. Oleh karena itu, industri memerlukan lebih banyak lulusan yang memiliki kecakapan ini untuk dapat mengoptimalkan pelayanan menjadi lebih prima.
“Bisa disimpulkan bahwa kolaborasi sangat penting untuk mengembangkan SDM,” pungkas Suwignyo.
Dalam kesempatan ini, hadir pula Aksa Mahmud, pemilik Grup Bosowa dan Bank Bukopin yang pernah menjabat sebagai wakil ketua MPR RI periode 2004-2009 yang juga Anggota Majelis Wali Amanat UGM. Masih berkaitan dengan pentingnya link and match, Aksa menuturkan zaman ini harus bisa menghilangkan gap antara kebutuhan tenaga kerja dan lulusan universitas. Ia meyakini jika semua program studi bisa dijual di industri.
Keberhasilan Sekolah Vokasi UGM dalam menarik keterlibatan pelaku industri dalam kegiatan akademik mendapatkan apresiasi dari Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, Dr. Paripurna. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan ini adalah sesuatu yang baik dan harus terus dipertahankan bahkan ditingkatkan di waktu mendatang.
“Harapannya semakin banyak inovasi yang lahir dari kolaborasi industri dan institusi,” tutupnya. (Humas UGM/Gloria)