Setelah 62 tahun terbebas dari penjajahan fisik, bangsa Indonesia kini kembali terjebak dalam penjajahan bentuk baru. Penjajahan tersebut berupa globalisme yang ditumpangi semangat fundamentalisme pasar, supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi, kekuatan militer, dan bahkan hegemoni dalam menafsirkan bentuk-bentuk demokrasi, hak asasi manusia, ideologi dan way of life.
“Ironisnya, masyarakat perguruan tinggi yang seharusnya menjadi pelopor dalam upaya pembebasan bangsanya dari penjahan baju baru ini, justru telah menjadi kelompok warga bangsa salah asuhan, sehingga menjadi Hanafi yang tercerabut dari akar budaya bangsanya,†ujar Rektor UGM Prof Dr Sofian Effendi, Selasa, 22/5), di Grha Sabha Pramana, Bulaksumur.
Hal itu dikatakannya saat melepas 1339 lulusan UGM dalam Upacara Wisuda Sarjana Periode Mei 2007, terdiri dari 639 wisudawan dan 700 wisudawati.
Kata Pak Sofian, para pimpinan Perguruan Tinggi Nasional kiranya perlu menyadari terhadap bentuk penjajahan baju baru ini, yang berupa penjajahan pemikiran dan hati nurani. Bahwa sebagai lembaga tinggi yang mendapat julukan universitas perjuangan, UGM harus berada dibarisan paling depan dalam melindungi dan memerdekakan bangsanya dari segala bentuk penjajahan, khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi, hegemony of meanings, hegemoni negara adikuasa dalam menetapkan sistim ekonomi nasional, ideologi politik, demokrasi, hak asasi manusia, dan tata pemerintahan yang baik bagi bangsa Indonesia.
“Oleh karena itu saya meletakkan seluruh harapan tersebut kepada Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD, Rektor Baru UGM Periode 2007 – 2012 beserta seluruh jajarannya, agar selalu waspada terhadap bentuk-bentuk penjajahan baju baru, dan melakukan pencerahan hati nurani dan budi daya guna melawan penjajahan atas hati nurani anak bangsa,†harapnya.
Dalam kesempatan ini, Prof Sofian sekaligus menyatakan pamit dengan berakhirnya masa tugas sebagai Rektor UGM pada tanggal 31 Mei 2007. “Rasanya masih banyak tugas yang belum dapat saya selesaikan untuk mentransformasikan UGM menjadi Universitas Penelitian bertaraf internasional. Saya amat bangga dapat memberikan sumbangan kecil pada fase-fase awal transformasi UGM menjadi PT otonom berstatus BHMN. Saya berdoa semoga Prof Sudjarwadi sebagai Rektor Terpilih akan lebih mampu membawa UGM melayari perjalanan jauh menuju Visi UGM menjadi Universitas Penelitian bertaraf internasional, yang unggul dan terkemuka, berorientasi pada kepentingan rakyat dan berdasar Pancasila,†tandas Pak Sofian.
Dalam wisuda kali ini, waktu studi tersingkat diraih Deviana Octavira dari Fakultas Ekonomi dengan lama studi 3 tahun 19 hari. Sementara, lulusan termuda diraih Christina Rezy Ruminingtyas Warsito dari Fakultas Hukum. Dirinya berhasil meraih gelar sarjana hukum dalam usia 19 tahun 11 bulan 28 hari.
Sedangkan, sebanyak 210 wisudawan/wisudawati dinyatakan lulus dengan menyandang predikat cum laude, terdiri dari 56 wisudawan dan 154 wisudawati. “Pada wisuda periode kali ini, gender perempuan kembali menunjukkan keunggulan dengan skor 1 berbanding 2 lebih. Dan Indeks Prestasi tertinggi diraih Herlina Rahmawati Dewi dari Fakultas Ekonomi, dengan IP 3,92,†tukas Rektor. (Humas UGM).