Selama sembilan tahun masa transisi berlangsung, belum mengarah kepada tuntutan perubahan fundamental sebagai mandat reformasi. Berbagai permasalahan yang muncul diantaranya terjadi tarik menarik antara kekuatan alumni orde baru dengan kelompok reformis, kekuatan ini masih cukup solid dan masih mengusai posisi-posisi strategis dalam struktur birokrasi. Kelompok ini menghalangi penegakan demokrasi, pengungkapan pelangggran HAM, pemberantasan korupsi dan demiliterisme politik.
Demikian uraian yang disampiakan oleh Arie Sujito, S.Sos, M.A sebagai nara sumber dalam diskusi Refleksi sembilan tahun perjuangan reformasi, Rabu (23/5) di Ruang Seminar Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) UGM. Turut serta sebagai pembicara, Dr Susetiawan (Kepala PSPK), Hasto (Aktivis GKM), Antok (Aktivis PDIP)
“Rakyat sudah merasa capek, frustasi, dan makin pragmatis menyaksikan bermacam fakta yang dianggap janggal, aneh, mengecewakan serta membuat ketidakpastian selama krisis yang sudah berlangsung 10 tahun ini,†ujar Arie.
Menurut Arie, kondisi ini seharusnya memaksa aktivis sebagai generasi kedua era reformasi untuk lebih berpikir serius sekaligus mematangkan strategi, belajar atas apa yang telah terjadi.
“Para tokoh yang selama ini telah mengambil kesempatan berkuasa pasca reformasi relatif gagal menjalankan amanat yang diberikan rakyat dalam manifesto reformasi, “kata dosen Isipol UGM ini.
Padahal kata Arie, mahasiswa sebagai kekuatan utama mendorong reformasi, didukung intelektual progresif dan para aktivis gerakan sosial berhasil mengorganisir untuk memaksa Soeharto turun dari singasana kekuasaan.
Namun demikian, mandegnya perjalan reformasi menurut Arie tidak lepas dari kelalaian mahasiswa sendiri dalam menentukan arah perjalanan reformasi. Ia mengibaratkan reformasi yang dicapai oleh mahasiswa tahun 1998 tidak ubahnya seperti selembar cek kosong, sedangkan yang menulis dan mencairkan adalah para elit politik yang kesemuanya merupakan alumni Orde Baru.
“Saat ini, kaum reformis seolah telah kehabisan energi melayani dan menyelesaikan rintangan dengan segala keterbatasan resoursis yang dimilikinya,†jelasnya. (Humas UGM)