“Ketika SBY menjadi presiden dan berjanji untuk melakukan revitalisasi pembangunan pertanian, tapi sampai sekarang masyarakat tidak tahu apa yang sebenarnya yang dilakukan pemerintah untuk membangun kembali sektor pertanian ke depan,â€
Demikian pernyataan yang disampaikan Wakil Rektor Bagian Kerjasama dan Pengembangan Usaha UGM Prof. Dr. Agus Dwiyanto, dalam pidato sambutan Seminar Pemberdayaan dan Sains Petani, Kamis (24/5) di Gedung University Centre UGM.
Agus Dwiyanto menambahkan, petani merupakan bagian terbesar produsen pangan dan produk-produk pertanian lainnya yang seharusnya memegang peran dan pelaksana utama pembangunan pertanian di negara indonesia yang agraris.
Sedangkan Dr Yunita T Winarto selaku Direktur Academy Professorship Indonesia mempertanyakan “frase†yang mengungkapkan bahwa petani itu acap kali disebut sebagi tulang punggung Negara, tapi lanjut Yunita, apakah kenyataan yang dialami oleh petani betul-betul sebagai tulang punggung Negara yang kuat, kokoh dan sejahtera sebagai tempat tegaknya sebuah Negara?
Yunita pun menceritakan pengalamannya selama melakukan penelitian terhadap para petani di Subang, Jawa Barat sejak tahun 1990. Dimana salah petani di sana mengeluh kepadanya,
“Petani itu tulang punggung Negara, tapi kalo tulang punggungnya dinjak-injak terus, maka tulang punggung itu pun akan patah, ini ungkapan untuk mencerminkan kondisi hidupnya,†ujar Yunita menirukan.
Yunita berharap agar petani ditempatkan sebagai ujung tombak pembangunan pertanian yang tangguh bagi masa depan.
Sementara Prof..Dr. Ir Kasumbogo Untung, dalam pidato kunci dalam seminar dan lokakarya tersebut.mengungkapkan bahwa akar permasalahan yang membawa petani pada kondisi ketergantungan terhadap belas kasih pemerintah, terkait dengan kebijakan pemerintah dalam program ketahanan pangan.
Program pemerintah yang dinilai Kasumbogo yang paling berhasil dalam memberdayakan petani adalah pelatihan petani untuk menerapkan konsep pengendalian Hama Terpadu (PHT) melalui program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
“Petani memerlukan pengakuan, dukungan serta kerjasama yang positif untuk mengembangkan sains petani sehingga petani secara mandiri mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas temuan, kearifan dan teknologi petani yang paling sesuai dengan kondisi lingkungan sosial budaya setempat yang beraneka ragam,†kata dosen Fakultas Pertanian UGM. (Humas UGM)