
Layanan keuangan berbasis teknologi yang biasa disebut dengan teknologi finansial atau fintech mulai marak diterapkan oleh berbagai penyedia jasa layanan keuangan di Indonesia, termasuk salah satunya di bidang perbankan.
Di tengah fenomena ini, perbankan syariah sebagai alternatif layanan perbankan yang mulai berkembang pesat beberapa tahun terakhir dituntut untuk turut mengikuti perkembangan zaman dan mengadopsi penggunaan teknologi tersebut.
“Sekarang kita telah masuk era perekonomian digital, dan perbankan syariah juga harus menyesuaikan diri. Penggunaan teknologi finansial itu adalah hal yang mutlak dan tidak bisa terelakkan. Kalau perbankan syariah tidak ikut berkembang maka akan jauh tertinggal,” ujar Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., Jumat (6/7) di Grha Sabha Pramana UGM.
Hal ini ia sampaikan saat membuka acara IndonesiaX 8th Quarterly Conference yang mengangkat tema mengenai pengenalan ekonomi dan keuangan syariah. Penggunaan teknologi finansial, ujar Panut, menjadi bagian yang penting dari pengembangan perbankan syariah.
Melalui penggunaan teknologi, bank syariah bisa menjangkau lebih banyak nasabah di sebaran lokasi yang lebih luas karena layanan perbankan tidak lagi dibatasi oleh tempat. Selain itu, inovasi layanan yang memanfaatkan teknologi dapat menunjukkan bahwa bank syariah memiliki layanan yang tidak kalah lengkap dan mumpuni dibanding bank konvensional sehingga dapat menarik banyak calon nasabah baru.
“Dengan jumlah penduduk muslim yang sangat banyak, sistem perbankan ini sebenarnya memiliki potensi untuk lebih berkembang lagi, asalkan layanannya bisa ditingkatkan. Di tengah persoalan ekonomi yang ada, perbankan syariah diharapkan dapat menjadi salah satu solusi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan di Indonesia,” paparnya.
Berkaitan dengan penggunaan teknologi yang telah merasuki berbagai sendi perekonomian, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid, Ph.D., yang menjadi pembicara kunci dalam konferensi ini menuturkan bahwa digitalisasi memang kerap dilihat menjadi suatu momok bagi industri tradisional maupun bagi generasi muda yang akan terjun ke dalam dunia kerja.
Tantangan tersebut, ujarnya, memberikan tanggung jawab yang lebih bagi institusi pendidikan, khususnya perguruan tinggi, untuk membekali mahasiswa dengan ilmu dan keterampilan yang relevan dengan dunia saat ini agar dapat memanen manfaat dari teknologi informasi alih-alih tertekan olehnya.
“Kita harus mengubah pembelajaran dengan fokus pada mahasiswa, dengan tujuan yang jelas. Ini semua dimulai dari mindset yang benar,” ucapnya.
Selain Fathul, pembicara lain yang hadir dalam konferensi ini adalah Koordinator Program Magister Ekonomi Keuangan Islam UII, Achmad Tohirin, Ph.D., Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia, Rahmatina A. Kasri, S.E., MIDEC, MBA, Ph.D., serta Dosen Prodi Ekonomi Islam Universitas Diponegoro, Dr. Fuad Mas’ud, MIR. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)