Jika diperhatikan sikap pemerintah dan DPR selama ini, dinilai ambivaen terhadap global dan regional integration. Bahwa mereka sering mengeluarkan dan menjalankan kebijakan yang tidak diperuntukkan untuk menghantam kebijakan high cost economy, sebaliknya justru menambah high cost economy.
Demikian pendapat Prof Howard William Dick saat diskusi “Cities, Logistics, and Regional Development†pada hari Selasa (29/5), di ruang Auditorium Program Ekonomi MSi dan Doktor UGM. Diskusi yang diselenggrakan Pusat Studi asia Pasifik UGM ini menghadirkan pembicara tunggal Prof William Dick, Co Director Australian Centre for International Business Departeen of Management & Marketing University of Melbourne, Australia.
“Indonesia sesungguhnya menerima ide dan budaya luar negeri, namun di bidang ekonomi nampaknya masih ragu-ragu. Ini suatu yang menarik. Oleh karenanya pemerintah mesti waspada terhadap dunia global perusahaan raksasa dari luar negeri dan lain-lain,†katanya.
Kata Prof William Dick, Indonesia dinilai ragu-ragu karena jika tidak ada ekspor, import, permodalan dalam negeri dan teknologi, tentu saja akan terjadi banyak pengangguran. “Tapi situsi ini dianggap biasa, karena yang menderita bukan elite melainkan rakyat,†jelas Howard William.
Diskusi yag dipandu Kepala Pusat Studi asia Pasifik UGM Dr Sri Adiningsih ini diikuti para dosen Program Ekonomi MSi dan Doktor UGM, mahasiswa serta akademisi di lingkungan UGM. (Humas UGM)