• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Wiratni, Dosen Saintis yang Humanis

Wiratni, Dosen Saintis yang Humanis

  • 09 Juli 2018, 08:50 WIB
  • Oleh: Satria
  • 2396
  • PDF Version
Wiratni, Dosen Saintis yang Humanis

Bulan lalu, tepatnya pada 21 Juni 2018, media daring Business Insider regional Belanda menerbitkan artikel dalam situsnya yang berjudul The 39 Powerfull Female Engineers of 2018. Artikel tersebut menyoroti peran insinyur perempuan yang pantas menjadi panutan karena jasanya dalam mengembangkan teknologi yang berdampak besar terhadap masyarakat dunia.

Salah seorang di antara nama-nama itu, ada satu perempuan dari Indonesia yaitu Wiratni Budhijanto ST., MT., Ph.D. Ia merupakan dosen di departemen Teknik Kimia UGM sejak tahun 1996. Ketika ditemui di kantornya baru-baru ini, Wiratni menyatakan kaget ketika tahu namanya tercantum dalam daftar tersebut. Ia tidak menyangka namanya bisa disandingkan dengan perempuan-perempuan besar lain dari seluruh dunia. “Saya tidak pernah dihubungi oleh pihak media tersebut. Saya baru tahu malah dari dosen sejawat yang menggoda,” ungkapnya.

Wiratni menduga pencantuman namanya tersebut ada kaitannya salah satu penelitiannya yang didanai USAID. Penelitian yang dimaksud adalah proyek pembuatan teknologi penyaringan air limbah menjadi air siap pakai kembali. Metode Wiratni adalah dengan mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob sebagai mikroorganisme yang berperan dalam proses penyaringan air tadi.
Ide Wiratni ini tercetus sebagai reaksinya atas volume air bersih di dunia yang semakin menipis. Kondisi tersebut, menurutnya, disebabkan jumlah mikroorganisme penyaring air tadi semakin berkurang, sebaliknya jumlah limbah di lautan semakin banyak. Bahkan, sudah ada penelitian yang memprediksi delapan puluh tahun lagi semua ikan di lautan akan mati karena keracunan.

Wiratni kemudian memikirkan sebuah cara untuk sebisa mungkin menunda bencana alam itu. Lalu, akhirnya terpikirlah pembuatan teknologi tadi. Alasan pemilihan bakteri anaerob oleh Wiratni disebabkan mikroorganisme jenis itu tidak membutuhkan oksigen untuk dapat hidup. Dengan demikian, biaya yang diperlukan tidak terlalu banyak.

“Intinya hanya menjaga bakteri tersebut tidak terkontaminasi oksigen sehingga mereka bisa berkembang biak dengan lancar,” jelasnya.

Selain untuk menunda bencana tadi, Wiratni sendiri memang selalu berpikiran agar ilmu pengetahuan bisa berguna untuk kemaslahatan seluruh manusia di dunia. Ia selalu mengingat salah satu perkataan dari Louise Pasteur tentang ilmu pengetahuan. Kutipan tersebut yakni, “Science knows no country, because knowledge belongs to humanity, and is the torch which illuminates the world.”

Oleh karena itu, Wiratni memegang konsep Science Journalism. Inti dari pandangan itu adalah bagaimana ilmu pengetahuan bisa tersampaikan kepada publik dengan jelas.

Wiratni melihat selama ini para ilmuwan selalu menjadi komunitas elit dengan bahasa yang hanya dapat dipahami sejawat mereka sendiri. Para ilmuwan tidak mampu membahasakan ilmu pengetahuan dengan sederhana kepada masyarakat non-ilmuwan sehingga pesan yang dibawa tidak tersampaikan. Hal itu, menurutnya, karena bahasa yang digunakan masih menggunakan istilah-istilah keilmuan yang tidak dipahami publik pada umumnya. Akibatnya, manfaat dari ilmu yang ilmuwan tadi miliki hanya bisa dinikmati sendiri.

Ilmu pengetahuan demikian tidaklah sesuai dengan impian dari Wiratni. Ia bermimpi tentang suatu masa ketika ilmu pengetahuan bisa menjadi bahasa universal bagi manusia. Ibarat mata uang sebagai satuan yang dipahami secara sama oleh tiap orang, ia berharap ilmu pengetahuan juga bisa seperti itu.

Wiratni menjabarkan, ketika semua orang paham ilmu pengetahuan secara menyeluruh, maka segala kesalahan informasi dan perilaku akan berkurang drastis. Hal itu karena setiap orang memiliki pemahaman sama terhadap setiap proses yang terjadi di dunia.

Contoh yang mudah, Wiratni tunjukkan pada perkuliahan di sekitarnya. Mahasiswa sekarang kebanyakan sudah menggenggam informasi di tangannya, yakni dengan smarthphone. Hal itu berbeda dengan dosen, terutama yang golongan tua, yang terbiasa dididik secara analog.

“Dosen yang tidak memahami konteks zaman maka masih akan meminta mahasiswanya untuk menghafal serta mencatat segala materi yang diberikan. Sebaliknya, dosen yang memahami konteks zaman maka akan lebih mengarahkan mahasiswa ke aspek praktis dari ilmu pengetahuan itu serta prospek yang dapat ia penuhi ke depannya,” terang Wiratni

Ia melanjutkan bahwa UGM merupakan salah satu universitas yang sudah menerapkan prinsip Science Journalism. Proses komunikasi dengan publik, menurut Wiratni, sudah banyak UGM laksanakan. Ia mencontohkan program Kuliah Kerja Nyata yang dilaksanakan tiap tahun. “Intinya adalah ilmu pengetahuan bisa dinikmati masyarakat pada umumnya,” tungkasnya. (Humas UGM/Hakam)

Berita Terkait

  • Dosen Teknik Kimia UGM Memenangkan Technopreneur Award 2007

    Thursday,02 August 2007 - 15:34
  • Teliti Polimer, Dosen Teknik Dr Wiratni Raih Penghargaan L’Oreal UNESCO

    Monday,23 July 2007 - 14:48
  • Gali Potensi Interdisipliner, UGM Inisiasi Komunitas Synthetic Biology

    Tuesday,18 March 2014 - 7:56
  • Perlu Standarisasi dan Validasi Teknologi Pengolahan Air Limbah

    Wednesday,05 October 2016 - 10:46
  • Pratikno: Saintis Data Profesi Termahal di Dunia

    Wednesday,21 August 2019 - 17:12

Rilis Berita

  • Pengamat UGM Bicara Soal Penyesuaian Tarif Listrik Progresif 17 May 2022
    Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Bins
    Agung
  • Haedar Nashir Ingatkan Pentingnya Merawat Persatuan 16 May 2022
    Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, mengingatkan agar seluruh komponen anak bang
    Gusti
  • Epidemiolog: Tidak Ada Hubungan Hepatitis Akut dengan Vaksin Covid-19 16 May 2022
    Baru-baru ini masyarakat dunia digemparkan dengan kemunculan hepatitis varian baru. Hepatitis ata
    Satria
  • Tim UGM Lakukan Riset Pengembangan Varietas Baru dari Kedelai Hitam 16 May 2022
    Tim dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada tengah melakukan riset pemurnian kedelai hita
    Gusti
  • Tantangan Pembangunan Industri Sawit Indonesia yang Berkelanjutan 16 May 2022
    Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Oke Nurwan, Dipl., Ing, mengatakan bahwa minyak kelap
    Satria

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 30May International Academic Conference on Tourism (INTACT) 2022 ...
  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual