Gulma merupakan salah satu musuh bagi petani, namun di tangan lima mahasiswa UGM ini gulma ternyata bisa membawa manfaat bagi pertanian.
Tanaman yang kehadirannya tidak diinginkan di lahan pertanian dan mampu menurunkan hasil tanaman budiaya ini diolah menjadi kompos, pupuk cair dan biochar. Penggagas ide teresbut adalah Ayu Putri Subowo, Antonius Berlianto l, Joshua Eka Putra, Lidwina Arum Meta W., dan Maria Hera Gratias.
Kelima mahasiswa Fakultas Pertanian UGM ini merintis program Weeds Fertilizer yakni pemanfaatan gulma untuk pupuk.
“Selama ini penanggulangan gulma hanya dengan membakar atau menyemprotkan herbisida yang justru berdampak buruk bagi lingkungan,”jelas Ayu, Senin (9/7) di Kampus UGM.
Selain itu, sebagian lainnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan obat. Namun, dikatakan Ayu, tidak semua jenis gulma bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan obat. Berawal dari hal tersebut dia bersama dengan rekan-rekannya berusaha mencari solusi penanganan gulma yang tumbuh dengan pesat dan dalam jumlah besar.
Program Weeds Fertilizer yang mereka buat juga berhasil mendapatkan dana hibah dari Dikti melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat. Saat ini, program telah dilaksanakan di Dusun Temanggung, Desa Tambak Rejo, Kecamatan Tempel, Sleman. Mereka memberi pelatihan dan pendampingan pada masyarakat setempat dalam pengolahan gulma menjadi pupuk ini.
Gulma dengan tekstur keras dimanfaatkan untuk kompos, sementara gulma dengan tekstur berair dijadikan pupuk cair. Sedangkan gulma berkayu dimanfaatkan sebagai biochar.
“Gulma yang diolah menjadi berbagai produk tersebut bisa menyuburkan tanaman dan memperbaiki struktur tanah. Selain itu, mengolah gulma jadi pupuk diharapkan bisa mengurangi biaya pembelian pupuk petani,”tuturnya.(Humas UGM/Ika)