
Bekas bangunan rumah sakit darurat saat perang kemerdekaan yang berada di Desa Sendang, Krakitan, Bayat, Kabupaten Klaten terancam roboh. Tiang penyangga utama bangunan ini sudah tidak lagi kuat menahan beban atap bangunan sehingga harus disangga dengan bambu untuk memperkuat tiang utama.
Banyak yang belum tahu jika bangunan ini merupakan salah satu tempat perjuangan bangsa Indonesia. Rumah sakit darurat ini oleh warga sekitar lebih dikenal dengan sebutan Rumah Sakit (RS) Geger. Pengantar ransum di RS itu, Sumirin (90), mengatakan bangunan tersebut digunakan sebagai rumah sakit darurat ketika masa perang kemerdekaan.
Bangunan ini juga sebenarnya memiliki ikatan terhadap UGM karena Rektor pertamanya, dr. Sardjito, pernah menjadi bagian penting dalam membangun RS ini. Menurut Surimin, saat itu Klaten menjadi pusat militer sehingga pihak sekutu sering melakukan patroli di wilayah Klaten ini. Ketika ada pejuang maupun masyarakat yang menjadi korban perang yang menderita luka parah, mereka dibawa ke RS ini untuk diobati oleh dr. Sardjito dan beberapa teman dokternya. “Pak Sardjito dibantu dua perawat yaitu Mas Trisono dan Pak Giyanto di RS Geger,” ujar Sumirin.
Sutarmi (95), warga Klaten yang mengalami masa peperangan di Klaten kala itu, mengungkapkan bahwa rumah sakit darurat ini digunakan untuk mengobati orang-orang sakit yang terkena kanon (peluru udara) yang dilancarkan oleh Belanda dari pesawat tempurnya.
Hingga saat ini, bangunan bekas RS Geger ini masih berdiri. Namun, sayangnya karena tidak adanya perhatian khusus, bangunan bersejarah perjuangan di Klaten ini terancam roboh. Hal ini menjadi faktor rentannya kondisi bangunan bekas rumah sakit darurat ini.
Dwi Nur Rizkiansyah, videografer film dokumenter Sardjito, melihat langsung kondisi bangunan yang memprihatinkan tersebut. Ruangan dalam RS Geger terlihat sangat memprihatinkan. “Kusen jendela sudah tidak menempel di tembok, genting-genting bocor, dan eternit yang terbuat dari anyaman bambu sudah tidak menempel dengan sempurna di atap rumah,” ujarnya.
Ia berharap karena bangunan ini memiliki peran penting dalam perjuangan rakyat Klaten, seharusnya pemerintah bisa lebih memperhatikannya. “Semoga bangunan ini tetap berdiri sebagai pengingat perjuangan rakyat Klaten dahulu,” harapnya. (Humas UGM/Hakam)