Siapa sangka kulit kacang yang selama ini kita buang begitu saja ternyata dapat di diubah menjadi sumber energi. Adalah 4 orang mahasiswa UGM yang menemukan potensi sumber energi alternatif dari kulit kacang.
“Desa kami, Desa Banaran II, Gunung Kidul, memiliki hasil panen rata-rata 2,64 ton per hektare. Namun, limbah kulit kacang tidak dimanfaatkan, sebagian dibuang atau dibakar begitu saja. Padahal, kulit kacang tanah memiliki senyawa selulosa yang tinggi. Di sinilah ide kami muncul untuk meneliti kulit kacang tanah,” tutur Stephanus Satria, mahasiswa FMIPA UGM.
Kulit kacang, jelasnya, memiliki senyawa selulosa lebih tinggi dari pada limbah lain, seperti bonggol jagung, jerami, serbuk kayu sengon, dan ampas tebu. Senyawa selulosa yang terdapat pada kulit kacang mencapai 63,5% sehingga memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan bioetanol sebagai sumber energi alternatif.
Dalam proses pembuatan bioetanol, kulit kacang digiling sehingga menjadi tepung. Lignin yang terdapat pada kacang dibersihkan dengan larutan NaOH agar mempercepat reaksi hidrolisis. Kulit kacang yang sudah dibersihkan kemudian melewati proses hidrolisis enzimatik sehingga menghasilkan senyawa glukosa.
“Senyawa glukosa inilah yang akan difermentasi dengan mikroorganisme untuk menghasilkan bioetanol,” paparnya.
Penelitian ini ia lakukan bersama dua rekannya, Nicolaus Elka serta Harry Miyosi, di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA. Dari penelitian ini, mereka menemukan bahwa 10 g kulit kacang kering mampu menghasilkan 4 mL bioetanol.
“Umumnya pembuatan bioetanol menggunakan larutan asam seperti HCL dan H2SO4 dan reaksi pada suhu tinggi sehingga bersifat korosif pada lingkungan dan membutuhkan energi yang tingggi. Namun, dalam penelitian ini proses pembuatan bioetanol menggunakan metode enzimatik sehingga limbah tidak merusak lingkungan serta tidak menggunakan suhu tinggi. Dengan demikian, sangat memungkinkan jika dibuat dalam skala besar,” kata Stephanus.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, rata-rata produksi kacang tanah kurang lebih 700.000 ton setiap tahunnya. Menurut perhitungan para mahasiswa ini, jika bobot kulit kacang kering sebesar 12-13 % dari massa total kacang maka ada sekitar 90.000 ton kulit kacang yang dapat dimanfaatkan menjadi bioetanol dan menghasilkan sekitar 36 juta Liter Bioetanol setiap tahunnya.
Konversi energi menggunakan generator berbahan biofuel, imbuhnya, membutuhkan bahan bakar sekitar 3,5 liter/kWh. Dengan rata-rata pemakaian normal listrik 124 kWh/rumah maka jumlah produksi etanol dari kulit kacang jika dilakukan secara maksimal dapat menerangi sekitar 6.000 rumah setiap tahunnya.
“Harapannya bioetanol dapat digunakan sebagai biofuel untuk dapat menerangi desa-desa yang belum dialiri listrik,” pungkasnya. (Humas UGM/Gloria)