Produksi susu di Indonesia hanya mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar 30 persen saja dan sisanya 60 persen masih impor. Hal tersebut dapat terjadi karena salah satunya masih banyaknya kasus mastitis di Indonesia. Mastitis merupakan penyakit yang sangat merugikan peternak karena kambing sebagai produksi susu mengalami kerusakan akibat infeksi mikroba pathogen. Selama ini, penanganan mastitis masih menggunakan antibiotik konvensional. Namun, penggunaan antibiotik yang terus menerus justru berpotensi meningkatkan residu antibiotik dalam susu dan juga berpotensi terjadinya peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik itu sendiri.
Tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, yaitu Marista Kurniati, Dion Adiriesta Dewanda, dan Yusuf Farid Achmad yang tergabung dalam tim PKM-PE memanfaatkan potensi alga hijau (Ulva fasciata) sebagai solusi pengobatan alami penyakit mastitis.
Di bawah bimbingan dosen dan sekaligus Dekan FKH UGM, Prof. Dr. drh. Siti Isrina Oktavia Salasia, dengan dana dari Dikti Program Kreativitas Mahasiswa, para mahasiswa memanfaatkan kelimpahan sumber daya kelautan Indonesia sebagai salah satu peluang solusi alternatif pengobatan mastitis terutama akibat Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada hewan ternak. Pada berbagai penelitian sebelumnya diketahui resistensi antibiotik pada kasus mastitis pada sapi cukup tinggi mencapai sebesar 56,1 persen.
Menurut Marista Kurniati, alga hijau banyak tersebar di Indonesia terutama di wilayah pantai Gunungkidul DIY yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Tumbuhan ini memproduksi metabolit yang bersifat antibakteri, antiinflamatori, antiproliferstif, antiviral, dan antioksidan. “Senyawa bioaktif Ulva fasciata berpotensi sebagai obat alami berbagai penyakit infeksi,” kata Marista Kurniati, Jumat (13/7), di Kampus FKH UGM.
Penelitian ini diawali dengan melakukan ekstraksi alga hijau. Selanjutnya, dilakukan uji in vitro dengan metode difusi agar bertujuan untuk mengetahui zona hambat bakteri dan menentukan konsentrasi efektif dari ekstrak alga hijau yang mampu menghambat atau mematikan bakteri.
Kemudian dilanjutkan uji dengan menggunakan hewan coba tikus yang diinfeksi bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) penyebab mastitis dengan cara dipping dan peroral. “Uji ini dilakukan selama 14 hari dan didapatkan hasil yang positif,” paparnya.
Marista berharap potensi ekstrak alga hijau sebagai pengobatan alami kasus mastitis ini dapat mengurangi penggunaan antibiotik dan dapat dikembangkan menjadi pengobatan injeksi pada hewan ternak. “Harapannya bisa digunakan untuk pengobatan langsung menuju target yaitu kambing yang mastitis,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)