Permen karet merupakan salah satu makanan kegemaran masyarakat yang biasanya dikunyah untuk menurunkan rasa stres dan tertekan pada diri seseorang. Selain itu, ia juga bisa digunakan untuk mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi.
Dua mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi serta satu mahasiswa Fakultas MIPA UGM, berangkat dari ide tadi, menciptakan inovasi permen karet dari ekstrak kol merah yang diberi nama D GumpH. Hal yang membuatnya berbeda dari permen karet lain adalah fungsinya untuk mendeteksi pH rongga mulut. Fungsi lain D GumpH yakni untuk mencegah terjadinya karies gigi (gigi berlubang).
Fifit Indriyanti, ketua tim D GumpH, menyatakan alasan pemilihan ekstrak kol merah sebagai bahan permen karet ini karena kandungan zat warna antosianin di dalamnya. Antosianin bisa berubah-ubah warna pada kondisi derajat keasaman (pH) yang bervariasi. Selain itu, ia juga merupakan metabolit sekunder flavonoid dan memiliki aktivitas antibakteri.
Alasan lainnya, menurut Fifit, kol merah sendiri merupakan suatu bahan makanan yang sering dibuat salad sehingga mudah ditemukan di Indonesia. “Untuk itu kami ingin membuatnya sebagai bahan permen karet,” ujarnya.
Fifit melaksanakan penelitian ini bersama dengan dua rekannya, yaitu Aprilia Nur Pratiwi dan Ida Bagus Alit Rai Sugiharta. Penelitian dilaksanakan menggunakan dana hibah dari Dikti melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2018. Dalam penelitian yang mereka lakukan sejak April lalu, ketiga mahasiswa tersebut berusaha membuat permen karet ekstrak kol merah yang dapat membuat perubahan warna pada saliva dengan kondisi derajat keasaman (pH) yang berbeda. Perbedaan warna ini yang nantinya menjadi patokan kondisi saliva termasuk asam, netral, atau pun basa. Tujuannya agar masyarakat mampu mengetahui kondisi pH salivanya secara mandiri yaitu hanya dengan mengunyah permen karet.
Aprilia Nur Pratiwi, anggota tim D GumpH, menjelaskan untuk membuat permen karet D GumpH, pertama-tama mereka membuat ekstrak kol merah dengan ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol dan asam sitrat. Setelahnya, mereka melakukan pengujian kandungan antosianin pada ekstrak kol merah dengan spektrofotometer UV-Vis. Tahap selanjutnya, ekstrak kol merah diuji dengan larutan buffer pH 1-13 dan saliva buatan pH 5-9, untuk melihat perubahan warna yang terjadi pada kedua larutan tersebut. “Uji kualitatif warna inilah yang nantinya digunakan untuk mencocokkan perubahan warna pada saliva buatan setelah berinteraksi dengan antosianin yang keluar dari permen karet,” terang Aprilia.
Setelah berbagai pengujian tadi, Aprilia mejabarkan, langkah selanjutnya adalah pembuatan permen karet. Pembuatan permen karet dimulai dengan melelehkan gum base (bahan dasar permen karet). Kemudian lelehan tadi diberi ekstrak kol merah dan dicampurkan hingga tercampur seluruhnya. Sesudahnya, xylitol ditambahkan, lalu dibentuk bulat kecil-kecil. “Begitulah permen karet akhirnya siap saji,” tuturnya.
Ida Bagus Alit Rai Sugiharta, anggota lain D GumpH, mengungkapkan permen karet yang sudah jadi, tidak kemudian langsung dimakan. Ia harus diujikan lagi pada saliva buatan dengan pH 5-9. “Kami amati perubahan warna yang terjadi pada saliva setelah dikenai permen D GumpH. Perubahan warna yang terjadi, kami cocokkan dengan uji kualitatif warna ekstrak sebelumnya,” jelas Bagus.
Tidak berhenti disitu, Bagus menjelaskan masih harus dilakukan pengujian aktivitas antibakteri S.mutans dengan ekstrak kol merah. Uji antibakteri ini mereka lakukan pada berbagai variasi konsentrasi ekstrak yang kami bandingkan khasiatnya dengan amoxicillin.
Hasil penelitian mereka menunjukkan perubahan warna saliva buatan dengan pH 5-9 berturut-turut menjadi jingga, jingga kecoklatan, coklat, coklat kehijauan, dan hijau setelah dicampurkan dengan permen karet D GumpH. Perubahan warna tersebut, menurut Fifit, menunjukkan permen karet D GumpH mampu mendeteksi pH rongga mulut, sebab pH rongga mulut biasanya sekitar 6 hingga 8.
Fifit melanjutkan, hasil persentase kesesuaian uji in vitro permen karet D GumpH didapat sebesar 80%. Kemudian, pengujian kemampuan ekstrak untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab karies (S.mutans) juga menghasilkan hasil yang positif. “Ekstrak mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan baik, walaupun kemampuannya masih berada di bawah amoxicillin,” imbuhnya.
Dari paparan hasil pengujian tersebut, Fifit berpendapat, permen karet D GumpH layak digunakan untuk deteksi pH secara mandiri dan juga upaya pencegahan karies gigi. “Kami berharap penelitiannya bisa berlanjut secara in vivo serta dapat diproduksi secara masal,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)