Aktivitas belajar yang padat menjadikan siswa kelas akselerasi mampu melakukan regulasi diri dalam belajar. Pemerkayaan materi (enrichment) yang didapat siswa kelas akselerasi adalah melalui tugas mandiri dan tugas kelompok yang dikerjakan di luar jam sekolah.
Dalam pandangan Prof Dr Asmadi Alsa, beban dan tugas belajar di dalam dan di luar jam sekolah ternyata menjadi stressor positif (eustress) bagi siswa kelas akselerasi. Hal ini terjadi karena perkembangan fisik siswa sudah kuat, perkembangan kognitif siswa sudah siap, dan lebih penting penting siswa cerdas dan berbakat, learning ratenya lebih unggul dibandingkan siswa normal seusianya.
“Mereka mampu mengubah sikap mental dalam menghadapi kecepatan dan kepadatan belajar, sehingga mereka lebih aktif, memiliki komitmen, dan fight dalam belajar. Berbeda dengan keadaan mereka sebelumnya, ketika berada di kelas reguler SMP, yang mereka nilai kurang gigih dan kurang daya juang,†ujar dosen Fakultas psikologi UGM, Rabu, (6/6) di Balai Senat UGM.
Prof Asmadi Alsa menyampaikan hal tersebut saat dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Psikologi UGM dengan pidato pengukuhan berjudul “Keunggulan Dan Kelemahan Akselerasi di SMA: Tinjauan Psikologi Pendidikanâ€.
Label “lebih unggul†yang diberikan masyarakat pada siswa akselerasi, kata Asmadi Alsa, membuat mereka menetapkan standar untuk perilaku belajarnya, sehingga lebih termotivasi dan memiliki komitmen untuk mendapatkan hasil belajar sesuai standar personalnya. Label “lebih unggul†pula yang telah membangun citra diri positif bagi siswa kelas akselerasi.
“Menurut teori disonansi kognitif (cognitive dissonance theory), setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk menjaga citra diri positif yang ia miliki, oleh karenya ia akan mengalami situasi ketegangan atau mengalami situasi yang tidak nyaman (discomfort),†tambah pria kelahiran Pagaralam 10 September 1947 ini.
Dibagian lain pidatonya, Asmadi Alsa menjelaskan, meski tidak ditemukan dampak negatif penyelenggaraan kelas akselerasi terhadap perkembangan psikososial siswa SMA, Asmadi Alsa berpendapat guru BP atau guru kelas perlu melakukan pemantauan. Terutama pemantauan terhadap perkembangan perilaku dan kinerja akademik siswa kelas akselerasi pada semester pertama, apakah mereka mampu melakukan penyesuaian diri dengan padatnya aktivitas belajar.
“Kalau berdasar pemantauan ditemukan indikasi perilaku dan kinerja akademik siswa tidak bagus, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap masalah yang dihadapi siswa, dan selanjutnya diberi bimbingan untuk memperoleh pemecahan terbaik bagi siswa yang bersangkutan, termasuk kemungkinan siswa yang bersangkutan, termasuk kemungkinan siswa pindah jalur ke kelas regular,†tandas suami Zahriyani ayah tiga putra ini. (Humas UGM).