Menjaga kualitas produk sampai ke tangan konsumen adalah hal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan kepercayaan dan tingkat kepuasan yang tinggi. Hal ini tentu saja menjadi tantangan dalam penanganan produk hasil pertanian baik segar maupun olahan yang merupakan produk perishable atau mudah rusak. Tercatat masih banyak produk perishable yang terbuang karena mengalami penurunan kualitas pada keseluruhan value chain mulai dari pemanenan, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi. Salah satu teknologi penanganan yang menjadi fokus adalah teknologi suhu dingin, dengan dasar mempertahankan temperatur dan kelembapan produk agar tetap segar dan tidak mengalami penurunan mutu. Seiring dengan berkembangnya ekonomi masyarakat, permintaan akan produk beku dan jasa food delivery pun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan peranan rantai pendingin (cold chain) sebagai bagian dari rantai pasok perlu ditingkatkan.
Dengan memperhatikan hal tersebut, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM bekerja sama dengan Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) dan Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM (PUSTRAL) mengadakan Workshop on Cold Chain Management yang diselenggarakan Kamis (12/7) bertempat di FTP UGM.
Acara ini merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka Lustrum XI FTP UGM yang mengangkat tema besar “Inovasi Teknologi Pertanian Dalam Mendukung Kedaulatan Pangan dan Agroindustri di Era Indonesia 4.0”. Workshop on Cold Chain Management menghadirkan 4 orang pembicara, yaitu Yukki Nugrahawan Hanafi (Chairman of ASEAN Federation of Forwarder Association, AFFA), Prof. Kune Muh Tsai (Dean of Faculty of Management National Kaohsiung University of Science and Technology, NKUST, Taiwan), Hasanudin Yasni (Ketua Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia) dan Dr. Kuncoro Harto Widodo, STP., M.Eng. (dosen Fakultas Teknologi Pertanian dan Ketua Tim Ahli PUSTRAL UGM).
Adapun materi yang disampaikan meliputi fundamental supply chain and cold chain yang disertai dengan contoh penerapan teknologi dan rantai pendingin serta tantangan dan peluang rantai pendingin di Indonesia. Peserta yang turut hadir dalam workshop ini merupakan perwakilan berbagai instansi yang memiliki peran dan kepentingan di rantai pendingin, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bea Cukai Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, dosen-dosen di lingkungan Universitas Gadjah Mada, Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM, industri-industri di bidang teknologi suhu dingin dan logistik serta beberapa asosiasi seperti ALFI, AFFA, dan ARPI.
Workshop ditutup dengan penandatanganan dua buah MoU, yaitu MoU antara UGM dan NKUST serta MoU five parties antara UGM, NKUST, AFFA, ARPI, dan Taiwan Cold Chain Association (TCCA). (Humas UGM/Satria)