Gumuk pasir di pesisir pantai selatan Yogyakarta merupakan gumuk pasir terbesar di Asia Tenggara. Bentukan gumuk pasir yang selalu berubah bentuk setiap saat disebabkan oleh faktor angin dan pengaruh gelombang laut serta bergantung jumlah pasir bekas gunung merapi yang mengalir melewati sungai Progo dan Opak.
Peneliti Bidang Geografi dan Ilmu Lingkungan UGM, Prof. Dr. Sunarto, menuturkan gumuk pasir di pesisir pantai Parangtritis merupakan hasil bentukan alam karena aktivitas alam, hasil erupsi gunung Merapi dan pengaruh gelombang laut. “Pasirnya berasal dari erupsi gunung Merapi yang terbawa sampai ke muara sungai lalu dihempaskan gelombang laut sehingga sampai ke pantai,” kata Sunarto dalam dokumentasi yang ditayangkan di museum gumuk pasir, Jumat (20/7), dalam rangka kunjungan kerja anggota komisi VII DPR RI ke kawasan konservasi gumuk pasir Bantul, Yogyakarta.
Hasil erupsi gunung Merapi tidak hanya pasir, namun mengandung mineral lainnya yang dialirkan melalui sungai Progo ke arah barat. “Kandungan mineralnya bermacam-macam, namun adanya kandungan pasir besi,” kata dosen Geografi UGM ini.
Selain sebagai tujuan objek wisata, kata Sunarto, gumuk pasir bisa menjadi bahan edukasi masyarakat dan akademisi tentang fenomena alam unik aktivitas bumi serta mengetahui keberadaan pegunungan karst di sekitar pesisir yang terbentuk akibat akvitas gunung api purba di masa lalu. “Hal itu dapat kita lihat dari terbentuknya karst dan sumber air panas di sekitar pantai,” katanya.
Salah satu sarana edukasi untuk mengetahui keberadaan gumuk pasir dan fenomena alam pesisir di Yogyakarta ini bisa didapatkan melalui museum gumuk pasir atau Parangtritis Geomaritime Science Park di pantai Parangtritis, Bantul.
Namun demikian, sejak diresmikan pada 2015 lalu, keberadaan museum gumuk pasir sebagai bagian dari kawasan geomaritime science park perlu dikembangkan lebih luas untuk meningkatkan peran musuem gumuk pasir sebagai sarana edukasi. Selain itu, kawasan ini menjadi tempat untuk melakukan riset kolaboratif dan komersialisasi hasil riset untuk kesejahteraan masyarakat pesisir.
Wakil Ketua Komisi VII, Tamsil Linrung, mengatakan gumuk pasir merupakan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara. Pihaknya menyutujui usulan dari Badan Informasi Geospasial dan UGM untuk mendorong pengembangan museum kawasan geomaritime science park untuk tujuan edukasi pembelajaran dan riset kolaboratif makin diperluas pengelolaannya. Sebab, pengelolaan kawasan ini untuk sarana edukasi dan pelatihan belum optimal. “Dari 114 hektar luasan gumuk pasir yang ini perlu untuk dikelola sebagai kawasan edukasi,”katanya.
Selain sebagai sarana pembelajaran dan pelatihan pihaknya akan mendesak pemerintah pusat melalaui Kementerian Kemenristek Dikti, BIG dan Pemkab Bantul untuk mendukung usulan pengembangan tersebut dalam waktu dekat.
Dalam kunjungankerja kali ini, anggota komisi VII DPR RI yang berjumlah 6 orang diawali dengan agenda kunjungan lapangan ke kawasan gumuk pasir dengan mendapat penjelasan dari Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. Muh Aris Marfai S.Si., M.Sc., tentang karakteristik, restorasi dan konservasi gumuk pasir. (Humas UGM/Gusti Grehenson)