Peletakan batu pertama di Masjid Mardliyyah UGM dilaksanakan pada Sabtu (20/7). Peletakan batu pertama itu menandai langkah awal renovasi masjid tersebut. Rencananya, masjid ini akan dijadikan Islamic center bagi UGM beserta masyarakat sekitarnya yang nanti akan disebut Mardliyyah Islamic Center (MIC).
Masjid yang terletak di samping Rumah Sakit (RS) Sardjito ini merupakan masjid tertua di UGM. Sejak awal didirikannya pada 1968, masjid ini memang sudah menjadi pusat studi kajian-kajian keislaman bagi mahasiswa serta masyarakat yang tertarik dengan kajian itu. Oleh karena itu, masjid ini dilengkapi dengan ruang kuliah serta perpustakaan.
Sudibyo, salah satu panitia pembangunan masjid ini, menuturkan alasan masjid ini akan direnovasi karena bangunan sudah tidak mampu menampung jamaah masjid yang terus berkembang tiap tahun. Jumlah jamaah yang terus bertambah tiap waktu, menurutnya, karena asal mereka yang beragam, dari staf RS, keluarga pasien, mahasiswa, sampai masyarakat sekitar masjid. “Jadi, jika tiap tahun ada penerimaan mahasiswa baru, jamaah kita juga baru,” ungkap Dibyo.
Ia melanjutkan, rencananya masjid ini akan dilebarkan menjadi sekitar 4.000 m2. Setelah jadi, fungsi MIC tidak hanya sebagai untuk ibadah serta pusat kajian Islam lagi. Namun, menurut Dibyo, nantinya MIC juga dibuat untuk pusat pengembangan ekonomi Islam. Renovasi ini, selain masjid itu sendiri, akan meliputi pembangunan wisma, foodcourt, serta parkiran basement.
Sementara itu, Rektor UGM, Prof. Panut Mulyono, menyatakan nantinya MIC akan menerima umat pemeluk agama lain yang ingin memanfaatkan fasilitasnya. “Tempat ini akan menjadi simbol toleransi antar umat beragama bagi UGM, lebih luasnya lagi bagi Yogyakarta dan Indonesia,” tambahnya.
Panut berharap peletakan batu pertama ini tidak seperti yang sudah-sudah. Ia mengungkapkan bahwa peletakan batu sudah beberapa kali dilakukan. Namun, karena berbagai alasan pembangunan tidak kunjung dilaksanakan.
Hal itu dibenarkan oleh Pratikno, Ketua Majelis Wali Amanat UGM. Pratikno yang juga pernah menjabat rektor UGM pada 2012-2014 menyatakan bahwa pada masa jabatannya peletakan batu pertama juga pernah dilaksanakan, tapi belum dibangun juga. Menurutnya, desain yang digunakan sekarang berasal dari tahun 2013.
Akan tetapi, Pratikno yakin bahwa pembangunan ini akan berjalan lancar ketika melihat semangat dari para donatur. Ia mengungkapkan, sampai sekarang sudah terkumpul dana sekitar 101 miliar dari donasi beberapa BUMN serta perusahaan lain. “Jika melihat kondisi yang seperti ini diperkirakan satu tahun lagi pembangunan akan selesai,” ungkapnya.
Pratikno menyatakan setelah pembangunan selesai, ia akan menitipkan pengelolaannya pada UGM. “Kita kan cuma menyediakan infrastrukturnya saja, nantinya untuk program kedepan urusan Pak Rektor beserta jajarannya,” pungkas Pratikno. (Humas UGM/Hakam; foto:Bani)