• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Terjangan Gelombang Tinggi di Pesisir Selatan DIY Akibatkan Kerugian Hingga 2 Miliar

Terjangan Gelombang Tinggi di Pesisir Selatan DIY Akibatkan Kerugian Hingga 2 Miliar

  • 24 Juli 2018, 15:18 WIB
  • Oleh: Ika
  • 2460
Terjangan Gelombang Tinggi  di Pesisir Selatan DIY Akibatkan Kerugian Hingga 2 Miliar

Gelombang tinggi terjadi di laut selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam beberapa hari terakhir. Tidak sedikit bangunan dan fasilitas umum yang berada di tepi pantai mengalami kerusakan akibat terjangan gelombang tinggi ini.

“Gelombang tinggi yang menerjang kawasan pesisir selatan DIY telah mengakibatkan kerusakan yang signifikan dan kerugian ekonomi hingga Rp2 miliar,” kata Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. rer.nat. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc., Selasa (24/7) saat Konferensi Pers Dampak Gelombang Tinggi Pesisir DIY di kampus setempat.

Dalam kesempatan itu, Aris memaparkan hasil observasi lapangan dampak gelombang tinggi di sejumlah pantai di Kulon Progo, Bantul, serta Gunungkidul. Turut serta dalam pemaparan itu perwakilan dari BMKG Yogyakarta.

Aris menyebutkan kerusakan cukup parah akibat gelombang tinggi hanya terjadi di 4 pantai Gunungkidul, yakni Pantai Somandeng, Pantai Ngandong, Pantai Drini, dan Pantai Sepanjang.  Sekitar 24 gazebo mengalami kerusakan dan hilang terbawa arus.Tidak hanya itu, 5 kapal dan 20 jaring set juga dilaporkan hilang terseret arus.

Gelombang tinggi ini tidak hanya merusak fasilitas umum, namun menimbulkan kerusakan vegetasi di sekitar garis pantai. Seperti yang terjadi di Pantai Goa Cemara, Pantai Baru, serta Pantai Trisik.

“Di pantai-pantai ini mengalami abrasi yang cukup intensif 3 hingga 4 meter ke belakang pantai sehingga vegetasinya mengalami kerusakan berat dan untuk merehabilitasinya membutuhkan biaya besar,” tuturnya.

Aris menyampaikan dampak yang terjadi pada beberapa pantai berbeda-beda sesuai dengan tipe pesisirnya. Pantai yang berhadapan langsung ke laut, berpasir landai dan lurus akan mengalami dampak empasan gelombang yang lebih besar. Berbeda dengan pantai bertebing, pantai ber-platform, pantai berteluk, pantai berlaguna, dan panti ber-mangrove yang bisa lebih meredam empasan gelombang tinggi.

Dengan karaketristik pantai yang langsung menghadap ke laut, Aris menyebutkan pantai-pantai di DIY akan selalu berpotensi menerima gelombang tinggi. Bahkan, pada 2017 lalu gelombang tinggi sudah menerjang kawasan pesisir selatan DIY.

 “Gelombang tinggi ini bisa mengakibatkan kerusakan signifikan di kawasan pesisir sehingga masyarakat diharapkan tidak melakukan aktivitas secara intensif di sekitar bibir pantai,” imbaunya.

Pendirian bangunan maupun fasilitas publik juga diharapkan bisa dilakukan tidak berada dekat dengan bibir pantai, tetapi dilakukan jauh di belakang pantai minimal sekitar 100 meter dari garis pantai.

Masyarakat diharapkan terus memantau peringatan BMKG terkait aktivitas gelombang tinggi. Selanjutnya, untuk tindakan mitigasi jangka panjang bisa dilakukan dengan menaati penataan ruang pesisir di wilayah masing-masing, mengimplementasikan aturan sempadan pantai, serta meninjau ulang penataan ruang yang berbasis pada perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana.

Gelombang Tinggi Bertahan Hingga Akhir Juli

Prakirawan BMKG DIY , Sigit Hadi Prakosa S.P., M.Si., menyebutkan gelombang tinggi yang terjadi di wilayah pesisir selatan DIY terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara yang siginifikan di belahan bumi selatan tepatnya di  Samudera Hindia dengan belahan bumi utara di Laut China Selatan. Selain itu, ditambah dengan adanya aktivitas siklon tropikal dan siklon ampil.

“Kecepatan angin sampai 35 km/jam sehingga menimbulkan gelombang tinggi 5-6 meter,” tuturnya.

Gelombang tinggi ini akan berlangsung hingga akhir bulan Juli ini dan ketinggian gelombang akan mencapai 5-6 meter pada puncaknya.

“Seminggu kedepan gelombang tinggi masih signifikan pada 24-25 Juli ini dan berangsur turun pada 29 Juli,” jelasnya. 

Kepala Seksi Data  dan Informasi BMKG DIY , Teguh Prasetyo, S.Si., turut mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dengan ketinggian gelombang laut. Masyarakat diharapkan untuk selalu mengupdate informasi yang dikeluarkan BMKG terkait aktivitas gelombang tinggi.

“Kita terus update informasi tentang gelombang tinggi melalui web BMKG dan media sosial. Masyarakat diharapkan bisa terus mengikuti perkembangan infromasi  melalui media-media tersebut,” ucapnya.

Upaya mitigasi gelombang tinggi juga dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat di kawasan pesisir selatan DIY. Rencananya pada pertengahan Agustus mendatang, pihaknya akan mengadakan sekolah lapangan nelayan yang akan diikuti sekitar 30 nelayan di DIY.

“Sekolah lapangan ini ditujukan sebagai sarana untuk memberikan informasi yang mudah dipahami oleh nelayan sehingga bisa akrab dengan cuaca laut,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)

 

 

 

Berita Terkait

  • Hutan Bakau Memperpanjang Masa Pakai Pemecah Gelombang

    Tuesday,24 January 2017 - 11:56
  • Sistem Monsunal Pengaruhi Gelombang Tinggi di Perairan Selat Makassar

    Tuesday,12 March 2019 - 15:30
  • Raih Doktor Usai Teliti Gaya Tsunami

    Friday,10 January 2014 - 13:51
  • Prof. Sudibyakto: Penting, Analisis terhadap Risiko Bencana

    Tuesday,22 February 2011 - 15:16
  • EWS Deteksi Gempa Buatan UGM Siap Dipasang di Pesisir Pulau Jawa

    Monday,07 June 2021 - 14:42

Rilis Berita

  • Pakar UGM: Kemiskinan Seringkali Jadi Ajang Komoditas 31 January 2023
    Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa berdasarkan hasil
    Gusti
  • Pengamat UGM: Jangan Melihat Masyarakat Desa seperti 30-50 Tahun yang Lalu 31 January 2023
    Menuju pemilihan umum 2024, berbagai kampanye politik gencar dilakukan sejak tahun lalu
    Satria
  • FKKMK dan ANU Indonesia Project Meluncurkan Buku In Sickness and in Health: Diagnosing Indonesia 31 January 2023
    Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) da
    Agung
  • UGM Ajak Perguruan Tinggi Daerah Berkolaborasi Dukung Pembangunan Smart City di IKN 31 January 2023
    Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas G
    Gloria
  • Fenomena Perpajakan di Indonesia: Sentimen terhadap Pajak Positif tapi Kepatuhan Membayar Pajak Rendah 30 January 2023
    Mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi UGM, Ika Rahma Susilawati, menulis disertasi berjudul &ld
    Gloria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual