
Sebanyak 28 mahasiswa dari 12 negara mengikuti kegiatan Summer Course on Ecosystem-based Disaster Risk Reduction (Eco-DRR) yang diselenggarakan Fakultas Geografi UGM pada 29 Juli hingga 10 Agustus mendatang.
Dalam kegiatan ini, para mahasiswa berkesempatan untuk mempelajari strategi pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem.
“Pengurangan bencana berbasis ekosistem ini sangat penting. Kita melihat begitu banyak bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia, dan sangat penting bagi kita untuk melihat berbagai sisi lain dari bencana, berupaya melihat itu dari berbagai disiplin ilmu,” tutur Direktur Kemitraan, Alumni dan Urusan Internasional UGM, Dr. Danang Sri Hadmoko, M.Sc., saat membuka kegiatan Summer Course pada Senin (30/7).
Strategi pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem sendiri merupakan manajemen, konservasi, serta restorasi ekosistem yang berkelanjutan untuk mengurangi risiko bencana dan tujuan utamanya adalah untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan serta memiliki ketahanan.
Berkaitan dengan isu tersebut, Summer Course Eco-DRR menjadi sebuah forum bagi mahasiswa lintas negara untuk saling bertukar pikiran, ide, dan informasi dalam kajian pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem melalui sesi pemaparan teori di kampus serta berbagai kegiatan lapangan.
Danang yang juga menjadi salah satu pembicara dalam Summer Course ini menuturkan penanganan bencana memerlukan upaya bersama dari praktisi berbagai disiplin ilmu. Ia berharap, kegiatan ini dapat mendorong para mahasiswa untuk bersama-sama mencari upaya pemecahan masalah kebencanaan, sekaligus menjadi kesempatan bagi mereka untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan melalui relasi yang dijalin dengan peserta dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda.
Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. Muh Aris Marfai, M.Sc., menuturkan Fakultas Geografi telah lama terlibat dalam program pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem. Ide untuk mempertahankan kolaborasi dalam Eco-DRR tidak lagi sebuah pilihan, namun menjadi wajib sejak adanya Sendai Framework tahun 2015 dan sasaran pembangunan berkelanjutan atau SDGs 2015 yang mendorong masing-masing negara untuk memantau pengurangan risiko bencana dan kinerja pembangunan berkelanjutan.
Eco-DRR menjadi penting dan mendapat perhatian lebih karena dapat menjadi salah satu solusi alternatif terhadap penanggulangan bencana yang seharusnya tidak hanya terbatas pada manajemen sumber daya manusia dalam situasi darurat, tetapi juga perlu diperluas pada manajemen sumber daya alam.
“Harapan ke depan, melalui kegiatan ini, muara yang dapat dicapai yakni dapat mengerucut pada pengembangan pusat unggulan ilmu kebencanaan yang berbasis ekosistem di Indonesia. Nantinya, hal ini dapat menjadi batu loncatan mencapai keunggulan bidang ilmu di level internasional sebagai living laboratory for disaster studies,” paparnya.
Dalam sesi-sesi pemaparan materi, para peserta Summer Course akan mengikuti kuliah seputar isu pengurangan risiko dan manajemen bencana, perencanaan spasial untuk pengurangan risiko bencana, pengkajian risiko bencana, serta topik-topik lainnya.
Sementara itu, kegiatan lapangan di antaranya diisi dengan kunjungan ke wilayah Karst Gunung Kidul untul mempelajari dinamika ekosistem di kawasan bentuk lahan Karst dan Marine, kunjungan ke Prangtritis Geomaritime Science Park dan Pujiono Center untuk belajar mengenai pengurangan risiko bencana dan praktiknya dalam skala lokal, serta beberapa lokasi lainnya. (Humas UGM/Gloria)