• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pandangan Masyarakat Sasak Terhadap Padi Dari Sisi Linguistik

Pandangan Masyarakat Sasak Terhadap Padi Dari Sisi Linguistik

  • 31 Juli 2018, 14:51 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 3482
Pandangan Masyarakat Sasak Terhadap Padi Dari Sisi Linguistik

Padi dalam pandangan masyarakat modern biasanya dipahami sebagai sumber makanan pokok dan entitas fisik semata. Implikasinya, padi hanya dikaji dengan pendekatan inderawi seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam bidang ilmu biologi dan pertanian. Sementara dalam masyarakat tradisional, padi adalah budaya material yang sangat penting sehingga diperlakukan sebagai tumbuhan istimewa. Bahkan, keistimewaan padi diinterpretasikan melalui kompleksitas bahasa yang melabelinya.

Dalam  budaya masyarakat Sasak Lombok, padi biasa disebut dengan nama Pare. Bagi mereka padi adalah berkah dari langit sekaligus bumi. Ia bersifat transendental perwujudan dunia atas yang sakral dengan dunia bawah yang profan. Banyaknya satuan kebahasaan leksikon padi yang dipakai untuk melabeli padi dalam bahasa Sasak menunjukkan bahwa padi merupakan spesies tumbuhan yang memiliki kekhususan sangat penting dalam budaya masyarakat Sasak-Lombok.

Penelitian kajian lingusitik yang dilakukan oleh mahasiswa program doktoral Fakultas Ilmu Budaya UGM, Saharudin, S.S., M.A., ditemukan tiga fungsi padi dari sisi lingusitik, yakni padi sebagai penghasil bahan makanan, padi untuk keperluan ritual, magis, penyembuhan dan kosmetik serta padi yang digunakan untuk aktivitas sosial keagamaan. “Padi dalam pandangan masyarakat Sasak adalah diri. Selanjutnya ada tiga klasifikasi padi lokal yang dijadikan sebagai simbol,” katanya Saharudin dalam ujian terbuka promosi doktor di FIB UGM, Selasa (31/7).

Ia menyebutkan klasifikasi padi dikelompokan lagi menjadi tiga, yakni pare beaq atau padi merah sebagai simbol ketinggian, pare puteq (padi putih) sebagai simbol kerendahan dan pare bireng atau padi hitam sebagai simbol perantara.

Adapun bentuk ritual adat yang dilakukan dengan mengaitkan tanaman padi, menurutnya, dilakukan dalam rangka untuk memperoleh keselamatan alamiah. Ritual yang dilakukan masyarakat Sasak juga dilakukan oleh suku bangsa lain di dunia yang menjadikan padi sebagai sumber makanan pokok  dan dikenal sejak zaman nenek moyang. “Mereka mengenal itu sejak lama dan melakukan beragam ritual terkait dengan padi,” kata Dosen Universitas Mataram (Unram) NTB ini.

Pandangan kesakralan akan padi di masyarakat tradisional menumbuhkan sosok yang muncul dalam cerita legenda yang dianggap berjasa menumbuhkan padi, seperti sosok Dewi Sri sebagai dewi padi yang ada dalam cerita masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur, Sanghyang Pohaci di Jawa Barat, Inak Sriti di Lombok, dan Sinang Sari di Minangkabau. “Sosok yang dianggap berjasa ini biasa dipanggil dan disapa dalam upacara ritual untuk selalu menjaga dan mengaruniai manusia dengan limpahan padi,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson) 

Berita Terkait

  • Raih Doktor Usai Meneliti Sejarah Masyarakat Sasak

    Wednesday,01 April 2015 - 13:07
  • Mahasiswa UGM Teliti Rumah Tahan Gempa Suku Sasak Bayan

    Friday,02 September 2022 - 11:38
  • Raih Doktor Usai Teliti Genetik Warna Beras Padi

    Wednesday,10 December 2014 - 13:25
  • Mahasiswa UGM Ubah Sampah Sekam Padi Jadi Bahan Produk Kreatif

    Friday,29 June 2018 - 13:26
  • Kajian Linguistik Historis Komparatif Terhadap Kekerabatan Bahasa-Bahasa Di Sumba

    Friday,31 August 2007 - 10:57

Rilis Berita

  • FH UGM Gelar Konferensi Internasional Soal Problem Hukum di Era Pasca Pandemi 09 February 2023
    Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada menggelar konferensi intern
    Gusti
  • UGM Jamin Tidak Ada Mahasiswa Berhenti Kuliah Karena Persoalan Biaya 09 February 2023
    Universitas Gadjah Mada berkomitmen mendukung para mahasiswa untuk dapat menjalani perkuliahan hi
    Satria
  • Pukat UGM Sesalkan Kemunduran Pemberantasan Korupsi di Indonesia 08 February 2023
    Peneliti Pusat Kajian AntiKorupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yuris Rezha Kur
    Gusti
  • Belajar dari Gempa Turki, Masyarakat Perlu Memiliki Rencana Evakuasi Mandiri 07 February 2023
    Bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah pada hari Selasa (6/2) kemarin.
    Gusti
  • Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas Buatan Mahasiswa Difabel UGM Raih Perak di IPITEX Bangkok 07 February 2023
    Aplikasi layanan ramah disabilitas buatan mahasiswa penyandang disabilitas daksa dari Departemen
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual