
Untuk mengestimasi sumber daya mineral selama ini lebih banyak mengandalkan fakta kadar untuk mengetahui peluang keberadaan endapan mineral. Sedangkan variabel data geologi kualitatif belum digunakan sebagai bagian dari optimasi manfaat data pengeboran, sampel bor inti dan hasil analisis mineragrafi. Mahasiswa program doktor ilmu geologi UGM, Nurhamim, S.T., M.T., melakukan penelitian menggunakan variabel geologi kualitatif untuk mengetahui kadar mineral di Bukit Randu Kuning, Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah dan prospek epitermal emas sulfidasi rendah dan menengah di daerah Arinem, Papandayan, Garut, Jawa Barat.
Dalam penelitiannya ini ia menggunakan variabel geologi berupa geometri endapan, intensitas alterasi, proporsi mineral, dan distribusi kadar selain mengetahui jarak lubang bor. Nurhamim mengaku penelitian yang dilakukan ini dapat untuk mengetahui prospek kandungan emas dan tembaga di lokasi tersebut. “Penelitian ini berfokus pada kajian tentang variabel geologi yang berpengaruh pada risiko eksplorasi dengan mengoptimalkan data dari hasil pengeboran inti. Adapun risiko geologi dinyatakan dalam nilai probabilitas keterdapatan endapan emas,” kata Dosen Teknik Pertambangan UPN Yogyakarta ini dalam ujian terbuka promosi doktor di KPTU Fakultas Teknik UGM, Senin (30/7).
Berdasarkan hasil perbandingan peta distribusi kadar dengan peta probabilitas keterdapatan emas, Hurhamim mengatakan terdapat korelasi yang kuat konvergensi blok berkadar tinggi dengan blok probabilitas yang tinggi pula. Ia menyebutkan, terdapat prospek 36 blok di Arinem dan 11 blok di Randu Kuning yang mempunyai kesamaan letak dan pola distribusi kadar dengan nilai probabilitas keterdapatan emas sehingga menunjukkan korelasi kuat antara distribusi kadar dengan probabilitas keterdapatan emas.
Sementara dari hasil perhitungan nilai risiko atau probabilitas keterdapatan endapan mineral menunjukkan prospek emas dan tembaga di Randu Kuning lebih rendah yakni 43,21 persen dan 26,39 persen. Sebaliknya, prospek emas epitermal Arinem memiliki prospek dengan prosentasi 96,82 persen untuk emas dan 48,83 persen untuk perak. “Kompleksitas endapan emas dan perak porfiri di Randu Kuning lebih kompleks sehingga risiko eksplorasi cenderung lebih tinggi,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)