Sebanyak 4162 peserta KKN PPM UGM Tahun 2007 dilepas Mendiknas RI Prof Dr Bambang Sudibyo MBA, di halaman Balairung UGM, Sabtu, (30/6). KKN akbar ini melibatkan pula 23 Perguruan Tinggi Pelaksana KKN Pemberantasan Buta Aksara (PBA) tahun 2007.
Ini merupakan pengembangan KKN paradigma baru, dimana bersama masyarakat mahasiswa peserta KKN merancang program kegiatan bersifat bottom up dengan pola pemberdayaan (empowerment). Dengan demikian KKN PPM UGM diharapkan lebih efektif dan berdasar tema-tema sesuai kebutuhan masyarakat.
Mendiknas RI Prof Bambang Sudibyo memberikan apresiasi tinggi kepada Perguruan Tinggi yang masih mempertahankan dan melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata. KKN dinilai sebagai bentuk kegiatan melembaga dari Tri Dhrama Perguruan Tinggi berupa Pengabdian Pada Masyarakat.
“Kenapa disebut paling akhir dalam Tri Dharma? Karena pengabdian pada masyarakat harus berbasis pendidikan dan penelitian,†ujar Mendiknas dalam sambutannya.
Dalam sejarahnya, kata Prof Bambang, program KKN di UGM mengalami beberapa kali penyempurnaan, hingga menjadi KKN PPM (Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat) UGM. “Bagi Perguruan Tinggi, dosen, mahasiswa dan masyarakat, program tersebut merupakan program pembelajaran. Program yang tidak berdiri sendiri, namun merupakan pembelajaran yang memberdayakan masyarakat. Yang pertama diberdayakan tentu mahasiswa itu sendiri (personal empowerment). Demikian juga dosen dan masyarakat yang kemudian diberdayakan oleh proses KKN itu,†tandas Mendiknas.
Para mahasiswa KKN PPM UGM ini, akan melakukan kerja pengabdian di lima kabupaten di DIY, 17 Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, 18 Kabupaten di Propinsi Jawa Timur, 8 Kabupaten di Propinsi Jawa Barat, 2 Kabupaten di Propinsi Banten, 2 Kotamadya di Daerah Khusus Ibukota, satu Kabupaten di Propinsi Lampung dan satu Kabupaten di Propinsi Gorontalo. Selain Pembinaan Potensi Daerah, Tema Program KKN PPM UGM yang diangkat kali ini antara lain Pembinaan UMKM, Pengentasan Kemiskinan, Pengentasan Buta Aksara, Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun, Peningkatan Mutu Pendidikan, Integrated Farming serta Pengelolaan Lingkungan.
Lebih lanjut, Mendiknas menjelaskan Pengabdian Masyarakat yang dilakukan universitas merupakan realisasi perwujudan ahlak/budi pekerti. Bahwa sebagai Perguruan Tinggi dihadapkan pada resiko sebagai menara gading.
“Karena kenyataan Perguruan Tinggi itu hanya dinikmati oleh sekelompok kecil anggota masyarakat. Angka partisipasi kasar Pendidikan tinggi saat ini hanya 17%. Artinya, hanya 17% anak bangsa seusia para peserta KKN yang dapat menikmati bangku pendidikan tinggi. Dalam kondisi seperti ini sangat beresiko, bahwa pendidikan tinggi menjadi perguruan tinggi yang elitis. Apalagi komitmen Perguruan Tinggi akhir-akhir ini untuk menjadi world class university, apalagi masih ditambah menjadi world class research university,†tandas Prof Bambang.
Hal itu, kata Prof Bambang, Perguruan Tinggi memiliki resiko tercerabut dari akar sosio kultural bangsanya sendiri. Oleh karena itu, melalui program KKN ini Perguruan Tinggi diharapkan melakukan sentuhan-sentuhan pada masyarakat.
“Dalam sosiologi dan antropologi dikenal teori kontrak sosial. Menurut teori ini, setiap kelembagaan di masyarakat termasuk Perguruan Tinggi, lahir karena dibutuhkan. Ketika suatu lembaga mulai meninggalkan masyarakat dan tidak lagi menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, maka secara pelan-pelan melalui proses sosial institusi tersebut akan ditinggalkan masyarakatnya. Oleh karena itu, jangan sampai Perguruan Tinggi tidak lagi dianggap relevan oleh masyarakatnya dan kemudian ditinggalkan masyarakat,†tukas Mendiknas.
Sementara Prof Dr-tech Ir Danang Parikesit MSc selaku Ketua LPPM UGM melaporkan, KKN PPM UGM kali ini melibatkan 131 Dosen Pembimbing Lapangan dengan 9 Koordinator tingkat Kabupaten. Kegiatan operasional dilakukan dengan Pola Menginap dan Pola Tidak Menginap. Masing-masing dilakukan pada tanggal 2 Juli s.d 31 Agustus 2007 bagi mahasiswa belum bekerja dan tanggal 25 Juni s.d 4 September 2007 bagi yang berstatus sudah bekerja.
“Dengan belajar bersama-sama masyarakat, mahasiswa tentu akan banyak menemukan hal-hal baru. Masyarakat akan belajar dari mahasiswa dan sebaliknya mahasiswa akan banyak memperoleh pengetahuan dari masyarakat. Interaksi inilah yang kita harapkan akan menjadikan program ini program yang menyenangkan,†ujar Prof Danang.
Disamping Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD, tampak hadir dan turut memberikan sambutan Sekda DIY Ir Tri Harjun Ismaji MSc, Prof Dr M Munir Direktur P2M, Dikti, Depdiknas, Ace Suryadi PhD Direktur Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal, Depdiknas serta para Bupati di 8 propinsi di Jawa. (Humas UGM).