Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D., resmi menjabat sebagai Ketua Dewan Guru Besar UGM antar waktu periode 2018 – 2021. Bersamaan dengan itu diangkat pula Prof. Dr. R.M. Gunawan Sumodiningrat, M.Ec selaku Sekretaris Dewan Guru Besar UGM untuk periode yang sama.
Terpilihnya Ketua dan Sekretaris Dewan Guru Besar UGM antar waktu melalui rapat pleno Dewan Guru Besar yang berlangsung pada 28 Juli 2018. Pengangkatan ketua dan sekretaris DGB antar waktu ini dikarenakan Prof. Dr. Ir. Putu Sudira, M.Sc, ketua sebelumnya telah memasuki masa pensiun pada Juli 2018.
Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr, Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan, berharap ketua dan sekretaris DGB UGM yang baru mampu membawa DGB sebagai rumah besar. Rumah besar yang diisi dengan kebesaran-kebesaran buah pikir dan pendapat-pendapat yang bisa menginspirasi para pengelola universitas.
“Sesuai tupoksi DGB yang tertuang dalam statuta atau peraturan MWA maka salah satu pekerjaan DGB adalah memberikan masukan terhadap arsitektur keilmuan untuk UGM dan memberikan pemikiran-pemikiran strategis untuk tingkat nasional,” katanya, di Balai Senat, Jumat (10/8) saat berlangsung pleno serah terima jabatan Ketua dan Sekretaris DGB.
Djagal menuturkan beberapa tupoksi DGB yang ada dalam regulasi antara lain menyelenggarakan forum-forum atau sarasehan-sarasehan nasional yang hasilnya disampaikan pada negara. Forum-forum tersebut, seperti tentang kemaritiman, kebudayaan dan lain-lain.
“Saya kira hal semacam itu baik sekali dan perlu diteruskan para pengurus baru sehingga UGM bisa berkontribusi pada bangsa dan negara dalam hal pemikiran karena kami menganggap para guru besar yang tertampung dalam DGB ini adalah orang yang ‘waskitho’,” tuturnya.
Prof. Dr. Ir. Putu Sudira, M.Sc mengatakan apa-apa yang menjadi tugas DGB sudah tercantum dalam statuta dan SOTK. Tugas-tugas tersebut diharapkan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dan tidak menyimpang.
“Seperti yang sudah kita laksanakan seperti kegiatan menggali kembali soal jati diri universitas. Upaya-upaya semacam ini diharapkan dapat dilanjutkan demi NKRI dan UGM memegang peran penting sebagai universitas perjuangan,” katanya.
Pendapat senada disampaikan Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D, Ketua DGB terpilih. Menurutnya, pengurus baru DGB akan terus melanjutkan program kerja yang telah direncanakan dahulu.
“Salah satunya yang terdekat di bulan Agustus ini akan menggelar workshop sarasehan perencanaan SDM tentang Guru Besar UGM. Kemudian 31 Agustus 2018 DGB berkeinginan mengadakan rapat pleno, sekaligus mengundang guru besar baru dan pamitan untuk para guru besar yang pensiun. Tradisi ini akan kita selenggarakan terus,” katanya.
Selain itu, akan diselenggarakan pula Forum Guru Besar Seluruh Indonesia dengan mengundang mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Moeldoko. Dilanjutkan di bulan Oktober 2018, DGB UGM berkeinginan membuat acara 90 tahun Sumpah Pemuda.
“Tentu kita tidak punya makna apa-apa apabila tidak mendapat dukungan dari bapak-bapak ibu sekalian, sekali lagi mohon bantuan dukungannya untuk DGB UGM,” kata Koentjoro.
Prof. Dr. Ir. Indarto, DEA, Sekretaris Majelis Wali Amanat, mengatakan salah satu tugas DGB adalah menjaga integritas. Namun, jika mencermati statuta maka tugas itu jauh lebih berat karena disebutkan tidak hanya menjaga, namun menjadi pelopor dalam menjaga integritas moral sivitas akademika UGM.
“Jadi, pelopor itu harus di depan, juga di belakang, termasuk menjadi pelopor dalam mengembangkan dan menanamkan wawasan kebangsaan, juga menjadi pelopor dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Gadjah Madaan, yaitu menyampaikan pemikiran terkait pengembangan ilmu,” katanya. (Humas UGM/ Agung; foto:Firsto)