
Sebagai bentuk kepedulian atas musibah gempa bumi besar yang dialami oleh masyarakat Lombok, NTB, pada 29 Juli dan 5 Agustus silam, Universitas Gadjah Mada mengirimkan berbagai bantuan untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak, termasuk dengan mengirim relawan tenaga teknis ahli bangunan untuk memeriksa keamanan dan kelayakan bangunan.
Dari hasil asesmen ini, tim menemukan banyak bangunan dibangun tanpa melibatkan tenaga ahli bangunan sehingga kurang memperhatikan aspek kekuatan bangunan.
“Kami menemukan banyak bangunan yang roboh itu pertama karena tidak punya balok dan kolom beton bertulang. Itu yang paling parah. Selain itu, ada pula yang sebenarnya sudah ada beton bertulang tapi tidak saling berkait,” ucap salah satu dosen UGM yang melakukan asesmen tahap pertama, Ashar Saputra, Ph.D, Selasa (14/8).
Tim relawan dari Fakultas Teknik diterjunkan UGM pada Senin (6/8) lalu berbarengan dengan penerjunan tenaga medis, sedangkan kegiatan pemeriksaan bangunan dilaksanakan pada Selasa dan Rabu. Pemeriksaan dilakukan oleh tim dengan mengacu pada prosedur standar ATC-20 (Applied Technology Council-20).
Dosen Departemen Teknik Sipil ini memaparkan pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bangunan aman untuk dapat digunakan lagi, terutama untuk bangunan penting seperti rumah sakit rujukan guna menunjang penanganan korban. Untuk bangunan rumah sakit sendiri, menurut Ashar kondisi fisik sebagian besar bangunannya masih relatif baik dan layak untuk difungsikan.
“Dari 6 rumah sakit rujukan yang kami periksa, memang ada beberapa bangunan yang tidak aman untuk digunakan kembali, tapi mayoritas masih cukup layak. Masing-masing RS kira-kira 75-80% bangunan masih layak untuk operasional,”katanya.
Penilaian ini, ujarnya, dihasilkan dari data pemeriksaan yang dilakukan setelah gempa kedua pada 5 Agustus silam. Setelah kembali terjadi gempa ketiga dengan kekuatan yang cukup besar beberapa hari yang lalu, UGM akan kembali mengirim tim asesmen untuk memastikan kembali keamanan bangunan. Meski demikian, hasil asesmen menurutnya tidak akan jauh berbeda dari hasil asesmen yang telah dihasilkan sebelumnya.
“Sesuai ketentuan harus dipastikan kembali. Setelah ini akan ada tim yang ditugaskan untuk itu,” imbuhnya.
Selain memeriksa bangunan fasilitas kesehatan, tim ini juga memeriksa fasilitas publik lainnya, seperti sekolah, bangunan ibadah, serta berbagai prasarana umum. Pemeriksaan terhadap rumah-rumah warga juga akan dilakukan oleh UGM dengan menggandeng serta memberikan pelatihan pada tenaga relawan dari perguruan tinggi di Lombok serta LSM terkait.
Untuk mencegah kerusakan fisik yang besar di waktu-waktu mendatang, ia menyarankan agar pemerintah daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum lebih memberikan pengawasan terhadap prosedur standar pembangunan, khususnya untuk fasilitas publik sesuai dengan prinsip keutamaannya.
Sementara itu, dosen Teknik Geologi UGM, Dr. Agung Setianto, menuturkan prediksi terhadap potensi gempa di Lombok yang terletak di atas sesar Flores cukup sulit karena minimnya penelitian terhadap aktivitas lempeng ini. Meski demikian, untuk saat ini penanganan potensi bencana dapat dilakukan dengan melakukan pemetaan kondisi geografis daerah ini.
Pada 26 Agustus mendatang tim dari Teknik Geologi akan berangkat ke Lombok untuk memberikan pelatihan pengambilan data dengan mitra-mitra lokal yang sesuai dengan kebutuhan. Usai pengumpulan data, tim ini kemudian akan merancang pemetaan secara digital yang dapat digunakan untuk memberikan berbagai informasi spasial.
“Kita semua berharap dan berdoa agar kondisi segera tenang dan tidak banyak korban lagi. Tim relawan UGM berkomitmen untuk terus membantu saudara-saudara kita di sana, bahu-membahu dengan masyarakat, perguruan tinggi setempat, rumah sakit, pemerintah daerah, dan pihak-pihak yang berwenang,” ucap Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D. (Humas UGM/Gloria; Foto: Bani)