Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang berisiko tinggi. Tidak hanya memerlukan usaha ekstra dalam penyembuhannya, tetapi jika penederitanya mengalami luka akan lebih lama kering dan sembuh.
Untuk mengobati luka biasanya penderita diabetes menggunakan antibiotik. Hanya saja penggunaan antibiotik dalam jangka panjang dapat memicu resistensi bakteri.
Kondisi tersebut mendorong tiga mahasiswa UGM untuk mencari solusi guna mengatasi persoalan yang ada. Erman Satya Nugraha, Dedy Setiawan dan Dion Adiriesta Dewananda mencari alternatif obat untuk mengatasi infeksi Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada luka diabetes dengan meracik jahe merah sebagai bahan salep luka penderita diabetes.
Erman menyampaikan ekstrak jahe merah mengandung berbagai senyawa aktif yang mampu membunuh bakteri. Senyawa tersebut antara lain flavonoid quersetin, flavonoid rutin, tanin, saponin, fenol, steroid dan alkaloid.
“Berbagai senyawa itu merupakan golongan senyawa yang bersifat bakterisidal kuat dengan mekanisme agonis, seperti membuat pori pada dinding sel bakteri, menghambat enzim sintesis protein, merusak DNA serta inhibisi kereaktifan membran sel,” paparnya, Senin (27/8) di Kampus UGM.
Selain itu, kandungan senyawa fenol, imbuhnya, dapat berperan dalam vasodilatasi dan pembentukan pembuluh darah baru yang membantu kesembuhan jaringan luka.
Dalam praktiknya mereka mengolah jahe merah yang banyak tersedia di alam Indonesia menjadi salep jahe merah. Selanjutnya, diujikan pada hewan coba yakni tikus selama 15 hari.
“Hasilnya, salep jahe merah terbukti mampu mempercepat kesembuhan luka diabetes yang terinfeksi MRSA dibandingkan dengan salep antibiotik komersial,” ungkapnya.
Ketiga mahasiswa muda ini berharap penggunaan salep jahe merah ini bisa mencegah timbulnya resistensi bakteri. Selain itu, bisa menjadi obat alternatif untuk menyembuhkan luka penderita diabetes. (Humas UGM/Ika)