• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pelajaran dari Kebangkitan Cina untuk Indonesia

Pelajaran dari Kebangkitan Cina untuk Indonesia

  • 31 Agustus 2018, 16:12 WIB
  • Oleh: Satria
  • 3952
Pelajaran dari Kebangkitan Cina untuk Indonesia

“Apakah kebangkitan Cina menjadi sebuah solusi atau permasalahan Indonesia ?” tanya Imron Cotan, MA., Duta Besar Indonesia untuk Cina, membuka diskusi pada Kamis (30/8) di Digilib Café, FISIPOL UGM.

Diskusi yang berjudul serupa, yakni ‘Menghadapi Kebangkitan Cina’ ini diselenggarakan oleh Institute of International Studies yang berada di bawah naungan langsung Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI) UGM. Tujuannya untuk menganalisis dampak penguatan posisi Cina di politik Internasional terhadap berbagai sektor di Indonesia.

Imron melanjutkan paparannya dengan gambaran bahwa banyak negara di dunia yang menganut Washington Consensus. Kebijakan yang dicetuskan oleh ekonom John Williamson di tahun 1989, sebagai solusi penyelesaian krisis ekonomi di Amerika Latin pada dekade yang sama. “Inti dari kebijakan ini adalah menyerahkan diri pada pasar,” ujar Imron.

Akan tetapi, ia mengungkapkan bahwa Cina juga memiliki kebijakan serupa dengan nama Beijing Consensus. Dua poin utamanya adalah state defend economy dan consensus. Sementara targetnya, sebut Imron, adalah menciptakan stabilitas, kesatuan, serta kesadaran musyawarah dalam negara Cina.

“Pemain utamanya adalah BUMN Cina. Intinya dalah perekomian untuk kesejahteraan seluruh rakyat Cina,” ujarnya

Sementara itu, menurut Imron, Indonesia memiliki cangkang Washington Consensus, tetapi identitasnya adalah Beijing Consensus. Hal itu disimpulkannya ketika melihat kebijakan perokonomian Indonesia yang menyerahkan diri pada pasar, padahal di sisi lain memiliki landasan Pancasila.

“Beijing Consensus bisa dibilang identik dengan Pancasila. Hal itu bisa dilihat dalam sila-sila Pancasila yang menekankan akan kesatuan, musyawarah, serta keadilan sosial. Jika saja Indonesia benar-benar menjalankan Pancasila-nya, mungkin saja Indonesia bisa sejajar dengan Cina dalam pencapainnya,” paparnya.

Hal itu ditanggapi oleh Dr. Nur Rahmat Yuliantoro, Ketua DIHI UGM. Menurutnya, kebijakan Cina seperti Beijing Consensus memiliki kelemahan sekaligus kekuatan tersendiri. “Pencapaian Cina yang besar itu menjadi kecil karena harus dibagi ke seluruh penduduknya. Sebaliknya, permasalahan kecil di Cina akan menjadi besar karena masalah tersebut  dikali dengan jumlah penduduknya,” jelasnya.

Rahmat mengungkapkan hal yang bisa dipelajari Indonesia dari Cina adalah mengenai penanganan terhadap korupsinya. “Operation fox hunting yang dilakukan Cina, bisa memburu para koruptor di luar negeri dengan memanfaatkan hubungan politik luar negerinya,” ujarnya.

Hal lain dijabarkan oleh Hikmah Akbar MA., Dosen HI Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Ia menyatakan bahwa diaspora Cina di negara-negara lain di dunia juga bisa dipelajari Indonesia.

“Indonesia seperti Cina yang memiliki diaspora penduduk di belahan dunia lain, ambil saja contoh di Suriname, walaupun jumlahnya tidak sebesar Cina. Oleh karenanya, Indonesia juga perlu mengembangkan integrasi antara pemerintah pusat di Indonesia dengan daerah diasporanya memanfaatkan politik luar negerinya,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)

Berita Terkait

  • Mengkaji Reformasi Politik di Cina

    Friday,26 April 2019 - 16:38
  • Analisis Terhadap Asimilasi Etnis Cina dan Melayu

    Friday,15 September 2006 - 10:20
  • Kebijakan Peningkatan Tarif Impor Ban Cina Munculkan Persoalan Baru

    Thursday,07 March 2013 - 12:36
  • Dr. Dhani: Politik Berpengaruh terhadap Arsitektur Rumah Cina

    Tuesday,12 January 2010 - 15:16
  • Anies Baswedan: Pemuda Bangkit Maka Bangsa Akan Bangkit

    Friday,16 June 2017 - 14:32

Rilis Berita

  • Angkat Topik Penelitian terkait Kanker Mata pada Anak, Purjanto Raih Gelar Doktor 26 January 2023
    Disertasi berjudul Ekspresi PD-L1, Taz, Serta Index Proliferasi Ki-67 sebagai Faktor Pr
    Satria
  • Kolaborasi Berbagai Institusi Dukung Revolusi Mental untuk Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 26 January 2023
    Universitas Gadjah Mada menandatangani Nota Kesepahaman Kerja Sama Revolusi Menta
    Gloria
  • UGM-Pemprov DIY Akan Sinergikan KKN 25 January 2023
    Universitas Gadjah Mada bersama Pemerintah Provinsi DIY akan melakukan sinergi pelaksanaan Kuliah
    Satria
  • Alumnus Geografi UGM Raih Indonesia Brand Champions 2023 25 January 2023
    Novita Anggraeni, salah satu alumnus Fakultas Geografi UGM, kembali mendapatkan penghargaan berka
    Agung
  • Lebih dari 7 Ribu Mahasiswa UGM Terima Keringanan UKT Sebesar Rp20 Miliar Tiap Tahunnya 25 January 2023
    UGM memiliki komitmen kuat dalam mendukung kelancaran dan keberlanjutan studi mahasiswanya, salah
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual