Mendekati usia 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada tahun 2045 mendatang, masih banyak tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang diikrarkan puluhan tahun silam.
Tantangan ini memerlukan jawaban dari berbagai elemen masyarakat Indonesia, termasuk para guru besar yang menjadi tumpuan bagi perguruan tinggi dalam melakukan kajian-kajian serta menghasilkan pemikiran yang bermanfaat bagi kepentingan bangsa.
“Kerja sama pemerintah dan semua elemen bangsa termasuk guru besar sangat penting untuk mencapai Indonesia Emas 2045,” ujar Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc.
Hal ini ia sampaikan saat memberikan pidato kunci pada Rapat Kerja Nasional Pertama Dewan Guru Besar se-Indonesia yang diselenggarakan Sabtu (1/9) di Balai Senat UGM.
Ia menyebutkan, target capaian pada tahun Indonesia emas adalah cita-cita kemerdekaan sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea 4, yaitu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kajian yang dilakukan Wantimpres menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak modal dan peluang untuk mencapai cita-cita tersebut pada 2045. Selain potensi sumber daya alam dan lingkungan, bonus demografi serta kemajemukan masyarakat juga menjadi peluang tersendiri.
“Masyarakat Indonesia yang majemuk dan dinamika sosialnya dapat berkembang menjadi energi sosial yang konstruktif dan jika dipererat dengan nilai persatuan akan menjadi kekuatan,” terangnya.
Dalam konteks pembangunan, ia menyebut ada beberapa poin penting yang menjadi fokus perhatian, di antaranya memperkokoh dan memantapkan ideologi Pancasila dan NKRI, penguasan SDA oleh dan untuk kesejahteraan bangsa Indonesia, serta penguasaan teknologi dan inovasi yang memberikan nilai tambah serta berdaya saing tinggi secara global. “Berbicara Indonesia Emas, dasarnya ya yang ada saat ini. Pembangunan saat ini sudah pada jalur yang benar, tapi pekerjaan kita masih banyak. Indonesia bisa mencapai cita-cita kemerdekaannya jika bisa mengatasi masalah, tantangan, dan ancaman, dan terus membangun bangsa dengan baik,” katanya.
Dalam Rakernas ini, para guru besar dari berbagai universitas di Indonesia membahas upaya untuk meningkatkan peran guru besar dalam pemerataan pembangunan, termasuk isu pemerataan pendidikan. Isu ini, menurut Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Drs. Koentjoro,MBSc., Ph.D., menjadi perhatian utama dari forum ini.
“Salah satu program yang bagi kami perlu perhatian adalah pemerataan pendidikan. Kita bisa lihat bahkan di Jakarta sendiri jurang antara universitas satu dengan yang lainnya terlalu jauh. Kami akan memberi masukan pada pemerintah bagaimana agar ada pemerataan,” terangnya.
Rakernas pertama ini digelar sekaligus sebagai bentuk peringatan satu tahun berdirinya FDGBI. Forum ini terbentuk atas inisiasi UGM dan hingga saat ini beranggotakan 62 perguruan tinggi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Dalam rakernas kali ini, para guru besar tidak hanya membahas upaya peningkatan peran guru besar, namun juga dilaksanakan pengesahan AD/ART FDGBI, pengelompokkan kluster, serta penyusunan program kerja. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)