Yogya, KU
Penelitian yang dilakukan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menunjukan padi hibrida jauh lebih rentan terhadap serangan sejumlah penyakit dibanding bibit lokal. Selain itu, jenis padi ini juga lebih boros terhadap pupuk dan air.
Penelitian terhadap bibit hibrida dan lokal ini dilakukan Fakultas Pertanian UGM dengan menggunakan lahan seluas 1.800 meter persegi di Desa Boto Kenceng, Kecamatan Banguntapan, Bantul, DIY. “Secara detil hitung-hitungan dari dua jenis padi ini memang belum kita dapat informasikan karena baru Sabtu (21/7) ini akan kita panen,†kata Andi Trisyono, salah satu anggota tim peneliti dari Fakultas Pertanian UGM kepada wartawan, Jumat (20/7) di ruang Fortakgama.
Namun berdasarkan kondisi yang tampak, menurut Andi hibrida memang lebih rentan terhadap sejumlah penyakit khususnya penggerek batang dan pelepah busuk. Hal ini disebabkan karena batang hibrida yang jauh lebih besar. Jenis penggerek batang yang menyerang adalah jenis Merah Jambu yang sebenarnya biasa menyerang batang jagung yang besar. “Tetapi kali ini menyerang padi hibrida yang kita tanam,†jelasnya.
Sementara itu untuk kebutuhan pupuk juga air untuk jenis hibrida dibutuhkan lebih banyak. Namun sejauh ini belum didapat angka pasti perbedaan kebutuhan air dan pupuk ini. “Yang jelas hibrida sejak penyemaian benih sudah mulai dipupuk sehingga pasti lebih banyak butuh pupuk,†kata Irfan Prijambada, salah satu anggota tim peneliti dari fakultas pertanian UGM ini.
Irfan khawatir, dengan penggunaan pupuk yang berlebihan ini mengakibatkan pemborosan unsur hara tanah. Untuk itu pihaknya nanti juga akan melakukan penelitian khusus terhadap unsur hara ini setelah panen. “Kita akan bandingkan kondisi tanah sebelum dan sesudah panen,†katanya.
Penelitian ini sendiri, lanjut Andi dilakukan untuk membandingkan secara benar penggunaan hibrida dan non-hibrida. Penelitian dilakukan dengan menanam padi hibrida dan lokal jenis IR64 di lokasi yang berdekatan. Untuk jenis lokal sendiri dilakukan dengan dua cara yakni dengan cara yang biasa digunakan petani dan cara khusus yang dikembangkan Fakultas Pertanian UGM.
“Sehingga nanti kita akan tahu apakah sebenarnya jika bibit lokal diolah dengan benar bisa meningkatkan produksi atau tidak. Jika lokal produksinya bisa ditingkatkan berarti sebenarnya hibrida bukan satu-satunya cara untuk meningkatkan produksi pertanian kita,†kata Andi. (Humas UGM)