• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Doktor Baru Fakultas Filsafat Teliti Tari Bedoyo-Legong Calonarang

Doktor Baru Fakultas Filsafat Teliti Tari Bedoyo-Legong Calonarang

  • 03 September 2018, 16:16 WIB
  • Oleh: Gloria
  • 3209
Doktor Baru Fakultas Filsafat Teliti Tari Bedoyo-Legong Calonarang

Tari Bedoyo-Legong Calonarang karya Retno Maruti dan Bulantrisna Djelantik menyajikan idiom budaya Jawa dan budaya Bali secara signifikan dalam satu ruang pertunjukan. Mahasiswa Doktoral Fakultas Filsafat UGM, Riana Diah Sitharesmi, menemukan hakikat keberadaan tari ini melalui signifikansi pemahaman hermeneutis di dalam penyajian dan karya penciptaannya.

“Disertasi ini berangkat dari telaah Bedoyo-Legong Calonarang sebagai karya seni tari yang mendasarkan pada reinterpretasi atas tradisi dan kearifan lokal di tengah dinamika kehidupan pascamodern,” ujarnya saat mengikuti ujian terbuka pada Jumat (31/8).

Disertasi yang ia susun berjudul “Bedoyo-Legong Calonarang Karya Retno Maruti dan Bulantrisna Djelantik dalam Perspektif Hermeneurika Hans-Georg Gadamer Relevansinya dengan Estetika Seni Pascamodern”.

Proses penciptaan tari, ujarnya, melibatkan pengalaman yang holistis. Intuisi, kreativitas, dan insting merupakan kompetensi utama yang melandasi seluruh praksis dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses menata tari.

Metode penelitian yang ia lakukan bersifat kualitatif filosofis yang secara khusus menggali nilai-nilai eksistensial dan estetis tari tersebut sebagai objek material. Investigasi kerja artistik dan analisis intertekstual kepustakaan dilakukan dalam alur hemeneutis hermeneutika H.G. Gadamer, dengan unsur-unsur metodis interpretasi, lingkaran hermeneutis, holistika, kesinambungan historis, komparasi, dan heuristika.

“Perpaduan cakrawala di dalam proses dialektika memahami Bedoyo-Legong Calonarang memungkinkan tiga aspek penting dari subjektivitas muncul, yaitu refleksi untuk mencapai pengetahuan diri, perwujudan untuk mempersonalisasikan pengetahuan diri ke pembentukan karakter yang berbeda, dan sosialisasi melalui tradisi,” terang pengajar di Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo ini.

Bedoyo-Legong Calonarang secara analogis ia sebut sebagai kendaraan dan ruang yang mengaitkan jenis subjektivitas untuk meliputi penggabungan cakrawala pengetahuan dari masa lalu, dengan cakrawala perspektif masa kini.

Budaya pascamodern telah memberikan peluang bagi Bedoyo-Legong Calonarang untuk mencapai wujud sejatinya. Hal ini berarti membawa tradisi menjadi suatu kebaruan yang tidak dangkal, dan untuk menumbuhkan nilai-nilai yang baik dalam jiwa tari sebagai bagian dari kehidupan manusia. Dengan cara menghargai heterogenitas dan keunikan, BLCA memiliki eksistensinya sebagai agen pembawa nilai estetika, nilai-nilai yang secara ontologis memungkinkan kontinum kebenaran.

“Keadaan yang senantiasa berada dalam mode of being, membuat Bedoyo-Legong Calonarang menempati ruang kontemporer, untuk selalu terbuka terhadap cakrawala lain, mempersiapkan lingkup dialogis lebih lanjut yang mengupayakan produksi makna baru lainnya,” jelasnya. (Humas UGM/Gloria)

Berita Terkait

  • Raih Doktor Usai Teliti Tari Legong Keraton di Bali

    Thursday,21 July 2011 - 13:22
  • Festival Nusantara: Mengembalikan Antusiasme Remaja Terhadap Kearifan Lokal

    Monday,05 September 2016 - 9:13
  • Tari Kebyar, Counter Culture Masyarakat Bali

    Tuesday,23 August 2011 - 12:16
  • Raih Doktor Usai Teliti Krisis Spiritual Manusia Modern

    Friday,04 September 2015 - 14:14
  • Teliti Pengaruh Pemerintahan 'Pseudoabsolutisme' Terhadap Gaya Tari Yogyakarta, Pramutomo Raih Doktor

    Monday,20 October 2008 - 15:23

Rilis Berita

  • Sebagai Pilar Keempat Demokrasi, Pers Harus Independen 09 February 2023
    Kondisi saat ini memperlihatkan banyak persoalan yang sedang dialami insan pers. Terlebih menghad
    Agung
  • Psikolog UGM Bagikan Tips Atasi People Pleaser 09 February 2023
    People pleaser menjadi istilah yang kerap digunakan masyarakat untuk melabeli seseorang yang tida
    Ika
  • FH UGM Gelar Konferensi Internasional Soal Problem Hukum di Era Pasca Pandemi 09 February 2023
    Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada menggelar konferensi intern
    Gusti
  • UGM Jamin Tidak Ada Mahasiswa Berhenti Kuliah Karena Persoalan Biaya 09 February 2023
    Universitas Gadjah Mada berkomitmen mendukung para mahasiswa untuk dapat menjalani perkuliahan hi
    Satria
  • Pukat UGM Sesalkan Kemunduran Pemberantasan Korupsi di Indonesia 08 February 2023
    Peneliti Pusat Kajian AntiKorupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yuris Rezha Kur
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual