Meneliti dan meneliti. Itulah yang dilakukan Dr Wiratni, dosen Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM selain mengajar. Hasilnya, sebuah penghargaan bertitel L’Oreal Indonesia Fellowship For Women in Science diraihnya.
Dr Wiratni dinyatakan menang, setelah menyisihkan 20 peneliti wanita lainnya di bidang material science. Riset berjudul “Optimasi Teknik Purifikasi Biopolimer Poli Hidroksi Butirat (PHB) Untuk Pengendalian Karakteristik Molekuler dan Sifat Fisis Produk†menjadi terbaik bersama tiga judul lain dalam tahap lanjut kompetisi L’Oreal-Unesco ini.
Penghargaan ini menjadi bukti, tidak percuma berbagai penelitian yang dilakukannya selama ini. “Saya sungguh tidak menyangka ada kompetisi yang unik semacam ini. Kalau research gran yang lain seperti dari Menristek, Diknas itu sudah biasa saya ikuti. Untuk itu saya ucapkan terima kasih pada LPPM UGM,†ujar Wiratni di ruang sidang I UGM, Senin (23/7) saat mejelaskan penghargaan yang diterimanya di depan Fortakgama.
Secara sederhana, Wiratni menjelaskan bahwa polimer yang ia kembangkan adalah polimer yang biodegradable, sehingga memiliki sifat ramah lingkungan. Biopolimer PHB ini, kata dia, memiliki perilaku serupa dengan polimer polipropilena yang banyak digunakan sebagai bahan utama pembuatan plastik.
“Selain sifatnya yang biodegradable, kelebihan PHB dibandingkan dengan polipropilena adalah sifatnya juga biocompatible, sehingga dapat digunakan di bidang kesehatan, seperti untuk menjahit luka bekas operasi,†jelas Wiratni.
Atas penghargaan ini, Wakil Rektor Senior UGM Bidang Akademik, Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Prof Dr Retno Sunarminingsih MSc Apt merasa bangga. Bahkan dirinya menilai, penelitian Dr Wiratni tergolong sebagai penelitian yang relatif baru.
“Ini penelitian baru. Hasil penelitiannya ini masih sebatas research dengan skala laboratorium. Kalau kemudian akan dijadikan produk, tentu perlu dilakukan research lagi yang dilandasi industrial skill. Ini sebuah awal bertaraf internasional dan UGM kedepan nampaknya membutuhkan pusat inkubasi atau inkubasi center. Yaitu lembaga penampung riset yang arahnya menghasilkan produk,†jelas Bu Retno.
Dalam kesempatan ini hadir pula Lily Arsanti STP MP finalis L’Oreal Unesco Bidang life science. Dosen Fakultas Kedokteran UGM ini masuk lima besar program L’Oreal Indonesia Fellowship For Women in Science dengan riset “Studi Suplementasi Tepung Garut ( Marantha Arundinaceae ) Terhadap Populasi Bifidur dan Lactobacilli serta Keragaman Ekologi Mikrobia pada Lansia : Pengujian dengan Ekstraksi DNAâ€.
“Intinya, saya melihat tepung Garut itu sudah mau punah. Kemudian ada local wisdom mengatakan, kalau mengkonsumsi tepung Garut itu menguntungkan, baik untuk bayi maupun Lansia. Nah penelitian yang dilakukan di UGM, tepung Garut memiliki sifat anti diabetik. Jadi cocok untuk penderita diabetes. Dan sesuatu bahan anti diabetik biasanya banyak bagian tidak bisa dicerna. Nah dari situ saya melihatnya bisa dijadikan untuk prebiotik,†ujar Lily.
Disamping secara fisiologis bermanfaat untuk anti kanker, prebiotik diduga bisa dimanfaatkan untuk banyak hal. “Di Indonesia prebiotik ini didatangkan secara import. Kalau ternyata kita punya sumber prebiotik cukup banyak, kenapa tidak kita manfaatkan. Oleh karena itu, target saya akan memproduksi prebiotik ini skala komersial,†ujarnya lagi.
Dalam kompetisi ini Lily bersaing dengan 4 peneliti yang telah memiliki track record di bidang riset, antara lain Silvia Tri Widyaningtyas, Drh., M.Biomed (Universitas Indonesia), Dr. Uun Yanuhar, Spi., M.Si (UNIBRAW), Ana Indrayati, M.Si (ITB) dan Dr. Munti Yuhana, Spi., M.Si (IPB). (Humas UGM).